Turnover karyawan tidak akan menjadi hal yang perlu Anda cemaskan apabila Anda dan perusahaan menerapkan 5 syarat ini, Apa saja itu? Mari kita simak!
Halo
HC Practitioners dan
Business Owner dimanapun Anda berada. Bagaimana keadaan perusahaan Anda saat ini? Semoga tetap lancar dan bisa terus melaju menghadapi tahun 2022 yang kita semua harapkan sudah terlepas dari belenggu pandemi ini.
Meski dengan harapan, sebagai
Human Capital kita tetap harus bisa waspada,
aware, dan siap beradaptasi menghadapi kejadian-kejadian tak terduga di masa yang akan datang. Mau tidak mau kita harus selalu sigap dan
agile menghadapi ombak-ombak yang entah bisa mengguncang perusahaan kita kapan saja.
Seberapa kuat goncangan tersebut dapat menggoyahkan perusahaan sebenarnya bisa dilihat dari kuatnya pondasi perusahaan Anda. Selalu cek dan amati kembali pondasi-pondasi inti di perusahaan Anda. Jangan lupa juga untuk mengevaluasi dokumen-dokumen perusahaan Anda secara berkala, silakan cek
HCA Checklist and Evaluation Tools yang kami racik khusus untuk keperluan evaluasi perusahaan.
Semakin detail evaluasi Anda, maka semakin mudah menemukan lubang-lubang kecil yang berpotensi menyebabkan kebocoran yang luar biasa bagi perusahaan. Kalau sudah begini, siapa yang repot? Ya pasti seluruh divisi akan merasakan dampaknya. Maka dari itu, selalu cegah sedini mungkin.
Berbicara tentang guncangan, tentang “kebocoran”, dan betapa repotnya seluruh elemen perusahaan menghadapi itu semua, mungkin Anda berpikir kalau semua akan aman terkendali. Bagaimana tidak? Semua karyawan andalan Anda sudah siap untuk membantu Anda menambal itu semua. Anda berpikir untuk tidak terlalu ambil pusing mengenai hal-hal ini.
Namun, apa yang akan terjadi apabila karyawan Anda memutuskan untuk “undur diri” di waktu yang sedang genting-gentingnya? Belum lagi posisi karyawan tersebut cukup vital di perusahaan. Dan buruknya lagi, ternyata tidak hanya satu karyawan saja yang ingin mundur, tapi ada 5 karyawan lagi dari tiap divisi yang berbeda menyatakan mundur untuk berkontribusi di perusahaan.
Apa penyebabnya? Apakah satu karyawan vital tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap 5 karyawan tersebut? Mungkin saja. Apakah 5 karyawan tersebut mundur karena merasa perusahaan sedang tidak dalam kondisi stabil? Bisa Jadi.
Apakah ini akan berdampak pada kegiatan operasional perusahaan? Bisa
Yes or No. Semua tergantung dari langkah yang
HC Practitioner dan
Business Owner ambil sebelum dan sesudah
turnover tersebut terjadi.
mari kita refresh ulang pengertian kita mengenai turnover.
Employee turnover adalah suatu keadaan di mana terdapat pengurangan jumlah tenaga kerja/karyawan di perusahaan. Atau dalam artian yang lebih sederhana,
employee turnover adalah keadaan di mana karyawan meninggalkan perusahaan dan tidak melanjutkan bekerja lagi. Hal ini dapat berupa karyawan yang pensiun, habis kontrak, pindah lokasi kerja, dan bahkan karyawan yang meninggal.
Untuk karyawan yang secara sukarela dan memiliki keinginan untuk mengakhiri kontrak kerjanya lebih cepat (atau bahasa umumnya
resign) secara khusus disebut sebagai
voluntary turnover dengan Umumnya,
HC Practitioners melakukan penghitungan dan mengkalkulasi presentasi dari
employee turnover ini dalam jangka dan periode waktu tertentu (bulanan/tahunan), sehingga ditemukan nilai
turnover rate.
Nilai
turnover rate ini digunakan oleh
HC Practitioners untuk mengevaluasi dan memprediksi dampaknya terhadap produktivitas tim, kualitas rekrutmen, dan bahkan moral tim dalam perusahaan.
Mengapa isu
turnover ini sangat penting untuk diperhatikan? Pasti kita sudah pernah mendengar cerita-cerita seperti karyawan baru yang langsung keluar setelah masa percobaan selama 3 bulan, atau karyawan yang menjadi bagian penting dalam tim mengajukan surat pengunduran diri secara tiba-tiba. Sekarang, coba kita bedah apa saja yang ikut “pergi” meninggalkan perusahaan saat ada
turnover.
-
Waktu
Coba sekarang Anda ulas lagi, berapa waktu yang HC Practitioner dan tim rekrutmen butuhkan untuk mendapatkan kandidat dengan kualifikasi yang sesuai. 1 bulan kah? 2 bulan? Atau mungkin lebih dari itu?. Ini semua belum termasuk waktu yang dibutuhkan untuk melakukan seleksi berkas, interview, dan sesi induksi (segera akses 70+ tools dan pembelajaran tentang rekrutmen dan asesmen di Premium Assessment Bundle untuk mempermudah kegiatan rekrutmen Anda)
-
Modal
Berapa modal yang Anda butuhkan untuk memasang lowongan di situs dan portal-portal kerja? Belum termasuk investasi Anda untuk memoles keterampilan dan kemampuannya, serta biaya training yang Anda keluarkan.
-
Produktivitas
Ini adalah hal utama yang paling terasa setelah perusahaan ditinggal pergi oleh karyawan pentingnya. Perusahaan akan kehilangan pengetahuan, kompetensi, dan kemampuan yang dimiliki karyawan tersebut. Sekarang tergantung Anda, mau rekrut karyawan baru dengan kemampuan yang serupa atau memoles karyawan internal Anda sehingga memiliki level kompetensi yang sama (cek juga FREE E-book 33 Kompetensi Penting di Era New Normal).
Anda sebagai
HC Practitioners tidak perlu panik apabila menghadapi kejadian seperti yang saya ceritakan di awal. Karena masalah
employee turnover ini sudah menjadi problematika yang dihadapi hampir semua
HC Practitioner di beragam industri. Yang Anda perlukan adalah kepala yang dingin, dan strategi-strategi yang bisa dilakukan untuk mencegah hal ini terjadi lagi.
5 Tips Mencegah Turnover Karyawan
1. Harus Peka dan Terbuka!
Jika Anda
HC Practitioner atau
Business Owner mulai mendapati tanda-tanda bahwa seorang karyawan memiliki gerak gerik untuk
resign seperti produktivitas berkurang, mulai sering datang terlambat, beberapa kali menerima telepon di luar ruangan, dan meninggalkan pekerjaan pada jam-jam yang tidak terduga (bisa jadi untuk wawancara kerja) maka segera dekati dan berikan teguran halus kepadanya, sambil mencoba mencari tahu apa yang sedang dialaminya.Karena mungkin saja karyawan tersebut sedang berurusan dengan masalah pribadi.
Disinilah saatnya HC Practitioner untuk bisa peka terhadap karyawan Anda. Dengan melakukan diskusi ringan, karyawan Anda mungkin akan merasa lebih nyaman dan Anda pun akan tahu apa yang saat ini sedang menjadi isu dalam pekerjaannya.
“Mungkin mereka tidak benar-benar ingin resign; mereka hanya memiliki sedikit masalah dan membutuhkan solusi dari Anda para HC Practitioners.”
2. Sudah Kontribusi, Jangan Lupa Kompensasi dan Apresiasi
Jika Anda khawatir karyawan penting Anda akan
resign, maka mulailah menunjukkan padanya mengapa posisinya sangat penting di perusahaan. Anda mungkin akan kesulitan untuk mengurungkan keinginan seorang karyawan untuk
resign, tetapi Anda dapat mencegahnya dengan melibatkan mereka dalam proyek-proyek tertentu.
Ini akan membuat mereka merasa bahwa kontribusinya sangat dipandang penting oleh perusahaan. Tidak hanya itu, berikan juga apresiasi yang sesuai dengan kinerja mereka, bisa melalui peningkatan
compensation and benefit, pemberian
training dan bonus pembelajaran (pelajari selengkapnya di
HCA Online Mentoring Program)
3. Be Supportive
Beberapa karyawan mungkin mendapatkan porsi kerja lebih banyak daripada karyawan lain di tim mereka sehingga mereka merasa bahwa
HC Practitioners tidak peduli dengan waktu, energi, dan
work-life balance mereka (Konsultasikan strategi
Manpower Planning dan beban kerja di perusahaan Anda melalui
Private Coaching Program). Buatlah mereka nyaman dalam bekerja, selalu peka, dan tunjukkanlah kepedulian pada karyawan Anda.
4. Pertimbangkan Tujuan dan Jenjang Karir
Selalu berikan ruang dan kesempatan bagi karyawan Anda untuk belajar. Berikanlah mereka tantangan-tantangan baru apabila Anda merasa bahwa mereka sudah memiliki kompetensi dan mampu untuk itu.
Maka dari itu, segera rancang kurikulum pembelajaran dan metode pelatihan yang cepat (dapatkan
TOOLS-nya
DISINI), Segera rancang jenjang karir di perusahaan Anda dengan mempelajari video pembelajaran kami di
HCA Online Mentoring Program.
“Jadikanlah perusahaan Anda tempat bagi karyawan untuk meningkatkan kemampuan, bukan sekedar tempat bekerja”
5. Budaya Supportive + Lingkungan Kerja Positif = Nyaman
Menjaga karyawan tetap terlibat dan puas memang selalu menjadi perhatian utama bagi profesional SDM dan manajer sumber daya. Tapi, jangan sampai luput dari perhatian Anda kalau hubungan dan relasi dari rekan kerja juga sangat berpengaruh dalam mempertahankan karyawan Anda.
Siapa yang tidak ingin bekerja sama dengan tim yang nyaman dan saling memberikan dukungan satu sama lain?. Silakan ikuti sesi
LIVE ONLINE TRAINING: "MEMBANGUN KULTUR PERUSAHAAN YANG BAIK UNTUK EMPLOYEE RETENTION" yang akan diadakan tanggal 16 November, 2021 dengan
DAFTAR DISINI. Untuk Anda yang terlewat, silakan cek rekamannya di
HCA Online Mentoring Program.
Merawat dan mempertahankan karyawan untuk bisa nyaman bekerja sembari selalu dalam performa terbaik memang bukan perkara mudah.
Dengan menerapkan 5 hal tersebut, saya yakin Anda sebagai HC Practitioners mampu membawa perusahaan Anda ke dalam proses yang lebih baik lagi. Untuk Anda yang masih penasaran dan ingin berdiskusi lebih jauh, silakan hubungi kami melalui
https://www.sinergiaconsultant.com/kontakkami
Let’s Connect!
Saya merupakan seorang yang selalu lapar akan pengetahuan baru, update, serta banyak penyusun lainnya. Human captal merupakan keilmuan yang saya kuasai dengan beragam dinamika didalamnya, mengelolah manusia dalam setting organisasi perencaranaan dan melaksanakan pengembangan untuk kebaikan dirinya dan organisasi secara umum.
Business Owner, Human Capital Practitioner
You may also like
“Buat apa repot-repot bikin KPI, Bu… tanpa KPI pun perusahaan tetap jalan.” Halo Business Owner, Leader, dan HR Practitioner. Pernah nggak sih Anda mendengar kalimat seperti itu saat mencoba mensosialisasikan KPI ke tim? Pernyataan itu mungkin terdengar sederhana, tapi sebenarnya mencerminkan resistensi yang cukup dalam. Saat manajemen berusaha melakukan transformasi, respon yang muncul di lapangan
Read More
Assessment-nya bagus, tapi begitu masuk kerja… kok begini sihhhh?? Hai, Business Owner, HC Practitioner, dan Professional Leader! Pernah nggak sih, Anda merasa sudah menyeleksi kandidat sebaik mungkin? Hasil assessment nya oke, IQ-nya tinggi, kompetensinya kuat, pokoknya semua oke dehh.. Tapi begitu masuk ke dunia kerja, ternyata hasilnya nggak seperti ekspektasi? Atau sebaliknya, ada karyawan yang
Read More