Induction training memainkan peran kunci dalam membantu karyawan baru untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru, mempercepat integrasi mereka dengan tim, dan memastikan kesuksesan mereka di perusahaan
Sebuah kalimat ikonik yang ada muncul dalam buku MY AUTOBIOGRAPHY yang terbit pada Oktober 2013, membuka tabir misteri hengkangnya David Robert Joseph Beckham dari Manchester United ke Real Madrid pada tahun 2003. Beckham namanya harum di MU (baca: Em Yu, orang Indonesia biasa menyebut demikian) dari tendangan bebas dan umpan silangnya yang akurat saat masa emasnya sebagai pesebak bola maupun kegantengan wajah dan fashion style-nya yang selalu menarik untuk dilihat. Singkatnya, nyaris tidak ada yang tidak mengenalnya. Dia adalah selebritis paket komplit; apapun yang dilakukannya selalu menarik media untuk memberitakannya. Transfer atau perpindahan pemain bola dari satu klub ke klub lainnya adalah hal yang biasa. Tapi menjual Beckham dengan harga yang tidak terlalu fenomenal, adalah sebuah keputusan yang menjadi tanda tanya besar. Kasarnya, dia ditendang keluar oleh MU. Beckham adalah marketing tools yang sangat menjanjikan. Secara finansial, rugi menjual Beckham pada klub lainnya. MU kehilangan salah satu brand ambassador terbesarnya. Mudah ditebak, siapa pelaku utama peristiwa itu. Ya, the one and only: SIR ALEX FERGUSON. Manager dengan torehan paling gemilang pada sejarah perjalanan MU. Menjadi manager dari tahun 1986 sampai mengundurkan diri tahun 2013, membuat fans sepak bola mengidentikkan MU adalah Sir Alex; Sir Alex adalah MU. Tidak boleh ada pemain yang merasa lebih besar dari Manchester United. Sederhananya, demikianlah kalimat Sir Alex bisa dimaknai. Berdasarkan pertimbangan itulah, rasanya cukup masuk akal latar belakang keputusannya kala itu menjual David Beckham. Human Capital Practitioner, ilustrasi di atas rasanya cukup relevan dengan tema kita kali ini. Tim sepak bola modern, layaknya sebuah perusahaan. Mereka dikelola secara profesional. Selain prestisiusnya sebuah piala, profit finansial pula yang dikejar. Pemain sepak bola, manajer, direktur tekhnik, tenaga medis, pemandu bakat, ahli gizi dan lain-lain merupakan representasi karyawan-karyawan di departemen produksi, BOD, HC Business Process, HSE, talent acquisition dan general affair dalam sebuah perusahaan. “Tidak boleh ada karyawan yang merasa lebih besar daripada perusahaan. Satu menit saja karyawan merasa lebih besar, dia harus keluar”. Kalimat ini mempertegas posisi perusahaan. Karyawan harus menyesuaikan, bukan perusahaan-lah yang menyesuaikan diri kepada karyawan. Mas Nadiem Makarim (begitu beliau lebih suka dipanggil), pada awal menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ketika ditanya wartawan, apa yang akan dilakukan pada awal masa kepemimpinannya, dengan lugas beliau menjawab: “Mendengarkan”. Asyik bukan jawabannya. Beliau memposisikan diri bukan lagi sebagai CEO atau individu dengan latar belakang gemilang, melainkan sebagai “karyawan”-nya Presiden, oleh karenanya merasa wajib mendengarkan induction training dari Presiden. Sebuah perusahan selalu terdiri dari karyawan yang beragam latar belakang; baik latar belakang pendidikan, asal daerah, dan pula latar belakang pengalaman kerja. Bahkan dalam era modern seperti ini, biasanya karyawan kita adalah mantan karyawan dari perusahaan lain. Jarang dijumpai karyawan yang dari awal bekerja sampai pensiun hanya di satu perusahaan. Setiap karyawan yang masuk mempunyai ciri khas, kebiasaan dan value sendiri-sendiri yang mana biasanya sangat dipengaruhi oleh latar belakang individualnya. Ketika hal ini dibiarkan tumbuh subur, maka warna perusahaan menjadi tidak dominan. Core value perusahaan kalah dengan value individual. Di sini lah pentingnya induction training. Basic indoctrination atau masa orientasi atau induction training adalah pelatihan yang diberikan kepada karyawan baru untuk membantu proses penyesuaian diri pada tugas, interaksi dengan lingkungan kerja dan budaya perusahaan. Dalam pelatihan ini pula orientasi bisnis dan sasaran strategis perusahaan disampaikan. Penting ditekankan, pencapaian idealnya adalah value pribadi tidak lebih dominan dari value perusahaan, budaya personal seturut dengan budaya perusahaan, warna pribadi luntur dan berubah menjadi warna perusahaan. Business Owner, HC Practitioner dan Profesional Leaders, induction training adalah hajatnya manajemen perusahaan. Dalam hal ini, biasanya diwakilkan ke Human Capital Department, secara spesifik diolah oleh bagian training atau people development. Agar terarah, maka Anda wajib benar-benar sadar tujuan yang ingin dicapai manajemen dan manfaat apa yang akan diterima karyawan baru. 1) Mengenalkan karyawan baru dengan lingkungan perusahaan. 2) Mengenalkan karyawan baru dengan Management perusahaan. ✅ Memperkenalkan profil perusahaan (company profile). ✅ Memperkenalkan orientasi dan strategi bisnis perusahaan. 3) Menyiapkan kondisi mental karyawan. 4) Mengenalkan Peraturan Perusahaan (PP) dan hal-hal spesifik yang lazim terjadi. 5) Mengenalkan karyawan pada pekerjaannya. HC Practitioner, jika Anda belum pernah membuat induction training dan mengalami kebingungan menyusunnya, tenang, anda tidak perlu panik. Layaknya sebuah training, langkah pertama yang harus dimulai adalah membuat analisa. Teman-teman di people development familiar dengan istilah Training Need Analysis. Sederhananya, Anda bisa melakukan dengan: tentukan target hasilnya, identifikasi kebutuhannya, desain metodenya. Setelah muncul hasil analisanya, maka Anda bisa menyusunnya dengan mengelompokkan kategori training yang akan diberikan dan mengajak departemen lain untuk ambil bagian menjadi pemberi materi. Singkatnya induction training disusun berdasar penggolongan sebagai berikut: Idealnya materi induction training secara periodik dievaluasi. Materi yang sudah tidak relevan dieliminasi, contoh yang sudah tidak relevan dihapus, gambar atau ilustrasi yang terlalu kuno diturunkan, metode pengajaran yang monoton dibuat lebih atraktif. Setelah disederhanakan demikian, rasanya tidak susah untuk menyusunnya. Tidak perlu terlalu rumit, yang penting tepat sasaran. Induction training haruslah menjadi saat yang membahagiakan bagi karyawan baru. Oleh karenanya Business Owner, HC Practitioner dan Professional Leader wajib memahami terlebih dahulu tujuan dan target yang akan dicapai. Yakini bahwa Induction Training adalah waktu Anda untuk “mewarnai” karyawan baru dengan warna kita, warna perusahaan. Tidak boleh ada karyawan yang merasa lebih besar dari perusahaan. Akan sungguh disayangkan, jika kita kehilangan karyawan yang potensial akibat induction training yang tidak dimanfaatkan maksimal. Anda tidak mau terus menerus kehilangan aset yang bertalenta bukan? Saat ini, Anda jadi lebih tahu apa itu induction training, manfaatnya, bahkan beberapa aktivitas yang dapat Anda gunakan untuk perusahaan. Jika Anda ingin tahu lebih banyak mengenai induction training ini, Anda dapat juga bergabung di HCA Online Mentoring Program atau dengarkan juga Podcast #curhathrd dari Sinergia Consultant. Let’s Connect!Tidak Boleh Ada Karyawan yang Merasa Lebih Besar dari Perusahaan.
Tujuan dan Manfaat Induction Training
Manfaat perusahaan melakukan Induction Training
Secara umum lingkungan di sini adalah lingkungan fisik. Karyawan baru diperkenalkan dengan denah area perusahaan. Penekanan pada area-area umum seperti kantin, toilet, ruang meeting, ruang produksi dan lain-lain. Pun karena biasanya ini adalah hari pertama karyawan baru bekerja, maka penting diperkenalkan prosedur keselamatan dalam situasi darurat.
Ada 3 hal penting yang harus disampaikan kepada karyawan baru di sini, yaitu:
Secara singkat karyawan perlu diperkenalkan dengan sejarah awal perusahaan sampai hari ini. Setelah itu karyawan perlu mengetahui struktur organisasi perusahaan.
Terasa aneh, strategi bisnis perusahaan kok dibuka? Tenang, ini bukan membuka rahasia perusahaan. Memperkenalkan strategi di sini lebih kepada segmen bisnis dan target pasar yang dipilih oleh perusahaan. Contoh: perusahaan kopi bubuk dengan harga per sachet Rp 1.500,00 maka karyawan akan jelas segmen bisnisnya dan target pasarnya.
✅ Memperkenalkan value
Untuk karyawan baru fresh graduated, hal ini akan cukup mudah. Tapi untuk karyawan dengan pengalaman kerja sebelumnya, ini menjadi tantangan serius. Bagi perusahaan yang mempunyai kode etik, anti suap dan korupsi misalkan atau kode etik dalam relasi dengan lingkungan sekitar, dalam tahap ini maka perusahaan wajib untuk menyosialisasikan. Value perusahaan inilah yang berusaha dimasukkan menjadi keyakinan baru karyawan. Itulah mengapa di beberapa perusahaan, induction training lebih dikenal dengan istilah basic indoctrination training.
Bagi karyawan baru adalah penting terbangun perasaan diterima sebagai bagian dari perusahaan. Induction training adalah ucapan selamat datang dan sambutan hangat untuk mereka yang dipilih masuk sebagai keluarga baru perusahaan. Ketika seseorang merasa diterima, maka rasa percaya diri meningkat sehingga karyawan mampu mengoptimalkan potensi diri untuk berkontribusi maksimal.
Dalam induction training, porsi mengenalkan PP biasanya mendapat ruang yang cukup besar. Sebagai upaya untuk membantu adaptasi karyawan adalah dengan memahami “Do and Don’t” dalam perusahaan. Penjelasan mengenai PP adalah hal yang menarik bagi karyawan, banyak diskusi dan pertanyaan “mengapa begini dan mengapa begitu”. Di induction training inilah buku peraturan perusahaan idealnya dibagikan.
Ini juga merupakan bagian dari induction training, namun biasanya tidak dilakukan dalam kelas, melainkan langsung dalam departemennya. Penting bagi karyawan baru untuk memahami Job description dan batasan tanggung jawabnya. Atasan langsung yang biasanya memberikan hal ini, melalui briefing maupun dengan memperkenalkan ke unit kerjanya. Oleh karenanya beberapa perusahaan mengistilahkan dengan masa orientasi.Menyusun Induction Training.