Episode layoff perusahaan kini berlanjut, pemberitaan digemparkan dengan pelbagai perusahaan yang memberhentikan banyak karyawannya. Ditemukan berbagai alasan dalam layoff tersebut, mari kita kupas.
Kisah bermula ketika pandemi telah menurun, perusahaan yang notabene mengandalkan suntikan dana dari investor mulai merasakan dampaknya.
Dengan karakteristik kecepatan dan berteknologi tinggi perusahaan ini ternyata memiliki permasalahan mendasar yang tidak diduga-duga.
Sebagian perusahaan kerap memamerkan fasilitas kantornya yang begitu mewah, kantor yang santai dan lain sebagainya, hingga menjadi top of mind para pemuda jaman sekarang yang kini…
Perusahaan yang beramai-ramai memberhentikan karyawannya.
Alphabet, perusahaan besar yang merupakan induk dari fitur sehari-hari manusia jaman modern Google, pada beberapa hari yang lalu mengabarkan bahwa alphabet telah melakukan layoff 12000 karyawan atau hampir sama dengan jumlah penduduk di Negara Tuvalu pada tahun 2021 (11925 Jiwa).
Microsoft, Perusahaan dengan produk yang berguna bagi semua karyawan yang berkecimpung di dunia industri, Microsoft word, excel dan lain sebagainya. Dilaporkan bahwa microsoft memberhentikan 10000 karyawannya di kurun beberapa waktu terakhir. Jumlah tersebut hampir menyamai jumlah penduduk di Negara Nauru pada tahun 2021 (10873 Jiwa)
Amazon, perusahaan belanja online yang kini menghadirkan beragam fitur itu dikabarkan telah memberhentikan 13000 karyawannya secara periodik, yang mana jumlah tersebut hampir menyamai jumlah penduduk di Negara Palau (18.010)
Spotify, perusahaan streaming musik asal Swedia ini dikabarkan melakukan layoff ke 10000 karyawan.
Masih terdapat beragam perusahaan lain yang menyusul atas kondisi diatas, tak hanya perusahaan asing perusahaan lokal juga sempat membuat ketar-ketir karyawannya, seperti Goto, Ajaib, Traveloka dan beberapa yang lain.
Kondisi pemberhentian ini diakibatkan oleh berbagai faktor yang mendasar, atau faktor eksternal.
Faktor dibalik pemutusan hubungan karyawan.
Kami menghimpun sebagian besar alasan dibalik pemberhentian karyawan:
- Investasi besar-besaran
Pengembangan bisnis menjadi sebuah keharusan untuk meningkatkan relevansi dan menambah pemasukan untuk perusahaan. Dalam melakukan pengembangan tersebut investasi adalah salah satu jalan yang bisa dilakukan, baik investasi yang sifatnya beresiko rendah hingga tinggi.
Perusahaan yang salah (sial/kurang hoki) dalam memilih investasinya dapat menjadi bibit tumbuhnya pemutusan hubungan kerja oleh management, baik yang sifatnya pemutusan permanen atau dirumahkan.
- Saham yang menurun
Fundamental perusahaan yang telah melantai di bursa saham begitu volatile dengan mengandalkan laju pasar.
Kenaikan atau penurunan harga saham sanggup mempengaruhi bagaimana jalannya internal proses perusahaan.
Penurunan secara berturut-turut kepercayaan pasar terhadap produk yang dihasilkan, asas kemanfaatan dan lain sebagainya bisa berdampak hingga pemutusan hubungan kerja karyawan oleh management. Perencanaan jangka panjang disinyalir menjadi alasan pemutusan karyawan.
- Pandemi
Tidak bisa dilepaskan oleh suatu keadaan dimana perusahaan harus memutus hubungan kerja dengan karyawannya yaitu pandemi.
Covid19 yang cukup meresahkan bagi sebagian orang yang juga berdampak bagi perusahaan besar, ketika pandemi berlangsung perusahaan yang mengalami penurunan penjualan produk diharuskan tetap menyuntik gaji untuk para karyawannya, termasuk juga penyediaan fasilitas kesehatan yang mumpuni untuk internal proses.
Kepercayaan diri berlebih akan kembalinya ekonomi pasca pandemi yang cepat mengakibatkan adanya keinginan kuat akan pemulihan ekonomi perusahaan yang baik.
Namun nyatanya setelah berakhirnya pandemi pemulihan ekonomi ternyata bergerak perlahan, perubahan perilaku manusia pasca pandemi juga menjadi faktor beberapa bidang usaha terpaksa gulung tikar dan memutus hubungan kerja dengan karyawannya.
- Menurunnya Penjualan
Seperti yang kami sebutkan sebelumnya, perubahan perilaku manusia pasca pandemi mengakibatkan berubahnya kebutuhan akan produk-produk perusahaan.
Sebagian mengalami akselerasi yang luar biasa, sebagian mengalami penurunan atau bahkan sebagian mengalami penambahan kompetitor. Bagi perusahaan yang mampu menyesuaikan diri dengan situasi mampu bergerak dengan leluasa, bagi yang sebaliknya maka pemutusan hubungan kerja karyawan menjadi bagian yang paling besar dampaknya.
- Kondisi ekonomi global
Kondisi ekonomi global merupakan alasan yang paling banyak dikemukakan ketika terjadi pemutusan hubungan kerja.
Selain pandemi penurunan ini diperparah oleh perang antara Rusia-Ukraina yang mengganggu sebagian rantai pasok di beberapa sektor, salah satu yang terbesar adalah migas dan gandum.
Ancaman resesi yang digadang-gadang akan melanda banyak negara juga membuat sebagian besar perusahaan berhati-hati dalam membuat kebijakan.
Sebagai key point dalam perusahaan sdm kerap menjadi sasaran bagaimana perusahaan harus berbenah, diawali dengan membatasi penambahan karyawan hingga pemutusan hubungan kerja.
Dari beragam penyebab layoff diatas kami mencoba memberikan alternatif solusi bagi anda business owner atau Human capital practitioner dalam menyikapi situasi dalam menghindarkan dari pemutusan hubungan kerja.
Strategi perusahaan untuk menghindari pemutusan hubungan kerja di perusahaan yang tengah mengalami permasalahan:
1. Menunda promosi dan kenaikan jabatan.
Promosi dan kenaikan jabatan membutuhkan biaya yang cukup besar mengingat kebutuhan akan pengembangan serta pengkayaan tugas menjadi faktor pengeluaran finansial.
Jika permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah mengenai penurunan pasar maka yang dapat dilakukan adalah menghimpun ide solusi untuk seluruh karyawan menyelesaikan permasalahan.
Penundaan ini diharapkan bisa menjadi langkah awal perusahaan untuk menjelaskan situasi terkini perusahaan, salah satunya dengan meningkatkan empati talenta potensial perusahaan untuk menggali ide.
2. Penyesuaian kompensasi.
Langkah yang akan beresiko meningkatkan turnover karyawan ini bisa jadi menjadi solusi untuk menghindari pemutusan hubungan secara masal.
Penyesuaian kompensasi dilakukan melalui perubahan struktur skala upah yang mana hal ini bersifat sementara, penjelasan mengenai perubahan ini perlu disosialisasikan dengan karyawan secara clear.
3. Evaluasi Keunggulan usaha.
Keunggulan usaha merupakan sebuah ciri khas bagaimana perusahaan itu berjalan, dalam analisis SWOT hal ini masuk kedalam “Strength”.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengembangkan atau mengganti keunggulan sehingga bisa meningkatkan performa perusahaan.
Alasan lain mengapa diperlukan evaluasi keunggulan kerja ini mengacu pada penempatan talenta terbaik untuk posisi yang strategis, atau pengolahan talent management yang tepat sasaran.
Talenta yang dibuatkan jalur karir yang jelas akan memiliki tingkatan engagement yang tinggi, perencanaan perilaku jelas dan sistematis, sehingga penurunan performa bisa dihindari.
4. Pembuatan Business Continuity Plan.
Berdasarkan buku “3 Kunci Sukses Pengelolaan SDM” salah satu faktor kesuksesan sebuah sistem Human Capital perusahaan adalah leadership. (secara lengkap bisa dibaca disini)
Leader yang baik memiliki ciri sebagai seorang yang visioner, memiliki jangkauan pemikiran yang jauh.
Pembuatan business continuity plan menjadi salah satu langkah konkret untuk menerjemahkan.
5. PHK sementara.
Strategi dalam menghindari layoff adalah dengan menerapkan PHK sementara. Strategi ini memungkinkan terjadi yang ditandai dengan adanya surat kesepakatan bersama.
Strategi diatas dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan terkini serta penyesuaian bisnis model perusahaan dalam menghadapi layoff.
Business owner bersama dengan supporting staff memilih strategi yang tepat untuk fundamental perusahaan atau perencanaan crisis management agar hal tidak terjadi pemutusan secara besar besaran.
Crisis management ini kami kupas melalui pembelajaran video di Hca Membership, Klik Disini.
Mari kita persiapkan business kita melalui sistem yang baik, kita menyediakan pendampingan dalam membentuk sdm yang baik.