Memiliki usaha yang sukses, unik, terdepan dan bahkan berhasil menjadi top of mind para pelanggan, nampaknya merupakan impian sebagian besar business owner, apakah Anda juga memiliki impian yang sama? core competency
Sebutlah Apple dengan produknya yang iconic, Mac, the iPod, iPhone, iPad, the Apple Watch, AirPods, serta layanan di dalamnya seperti iTunes, iCloud, Apple Music, Apple TV+, & Apple Pay. Saya tidak sedang promosi Apple. Namun, kemampuannya dalam mengintegrasikan hardware, software, & services berhasil menciptakan produk yang sangat memperhatikan user experience yang lancar dan intuitif di seluruh produk dan platformnya.
Amazon, salah satu pemain e-commerce skala global, dengan kemampuannya dalam memanfaatkan data dan teknologi untuk memberikan kemudahan, kecepatan, dan harga rendah kepada pelanggannya. Upayanya untuk terus berinovasi dan mengembangkan skala operasional mendukung Amazon masuk ke pangsa pasar dan industri yang baru seperti kesehatan, entertainment dan lainnya.
Contoh lain yang lagi naik daun nih, BYD. Brand yang lagi naik daun dan mulai cukup banyak seliweran di jalan menarik perhatian dari kalangan otomotif enthusiasm. Kemampuan BYD di ranah Research & Development (R&D) teknologi baterai, memungkinkan mereka memproduksi kendaraan listrik dengan harga terjangkau dan kinerja yang baik.
Di level nasional, ada Indofood dengan kemampuannya melakukan inovasi produk dan jaringan distribusi luas, bahkan ada salah satu media yang memberitakan kalau indomie jadi produk yang sangat populer di Afrika, terutama di Nigeria. Ternyata orang luar negeri juga doyan micin, hehehe
Dari contoh-contoh perusahaan di atas, kita dapat tarik satu kesimpulan bahwa mereka menjadi sebesar itu karena memiliki suatu keahlian yang membuat mereka berbeda dari bisnis sejenis. keahlian atau kemampuan ini kami menyebutnya dengan Core Competency.
Apa itu Core Competency dan Dampaknya pada Perusahaan?
Core – yang dapat berarti inti, pusat atau pokok dan kompetensi yang merupakan kombinasi antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga seseorang dikatakan kompeten atau memiliki kemampuan. Maka, dapat dikatakan bahwa Core Competency merupakan kemampuan khas dan integrated yang menjadi DNA organisasi, yang membedakan perusahaan dari pesaing, menciptakan nilai bagi pelanggan, dan menjadi fondasi untuk inovasi berkelanjutan.
Adalah Prahalad & Hammel’s (1990) yang memperkenalkan konsep Core Competency ini untuk menjawab tantangan yang terjadi dalam dunia bisnis (dunia Anda juga, mestinya) seperti ; perkembangan teknologi yang begitu cepat, tuntutan konsumen / pelanggan yang makin ‘pintar’, persaingan di level global, sehingga diprediksi hanya perusahaan yang memiliki Core competence lah yang akan bertahan dan tumbuh. Apalagi jika strategi yang digunakan masih sebatas perang harga. Ini sih, tinggal melihat siapa yang lebih kuat menggunakan resource dan capitalnya.
Dalam penerapannya, Core Competency tidak hanya menjadi pajangan tertulis di sudut ruangan kerja. Namun sebenarnya dapat menjadi landasan atau dasar yang terhubung serta terintegrasi dengan strategi pengelolaan SDM di perusahaan. Mulai strategi implementasi nilai-nilai perusahaan, penyusunan kebijakan, skema kompensasi & benefit karyawan, kurikulum atau skema pengembangan karyawan hingga strategi untuk attract & hiring kandidat terbaik.
Ada satu case menarik yang terjadi dalam beberapa waktu ini dan ceritanya cukup ramai jadi perdebatan. Yaitu, pemberitaan seputar kebijakan Kemnaker agar para pengusaha dapat menghapus kriteria batas usia di dalam iklan maupun informasi lowongan pekerjaan. Sebagaimana yang kita tahu (atau mungkin Anda juga lakukan ini di dalam iklan lowongan kerja), batas usia merupakan item / kriteria yang secara umum selalu muncul dalam sebuah iklan lowongan kerja dan saat ini sedang dipandang sebagai suatu sikap ‘diskriminasi’ kepada para pencari kerja oleh Kemnaker.
Padahal, belum tentu pandangan ini benar sepenuhnya. Saya rasa, penerapan batas usia merupakan strategi yang digunakan dalam proses rekrutmen. Dengan mempertimbangkan banyak hal seperti jenis pekerjaan /lowongan, beban kerja, kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan sehingga tentu saja diperlukan adanya satu sistem rekrutmen yang efektif dan efisien dari sisi finansial dan operasionalnya. Sedikit mengutip pernyataan dari Bob Azam (Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha indonesia / APINDO) berikut ini:
Case ini menunjukkan kita satu pembelajaran penting bahwa setiap perusahaan (re: business owner) membutuhkan orang-orang yang kompeten, bukan hanya bisa kerja. contoh sederhananya kira-kira seperti ini :
Ada 1 orang yang ‘bisa’ mengemudikan mobil, ada seorang lagi yang ’kompeten’ mengemudikan mobil. Yang membedakan diantara keduanya adalah:
Bisa mengemudikan mobil |
Kompeten mengemudikan mobil |
|
|
|
|
|
|
Kita tidak menilai mana yang benar dan mana yang salah. Bahkan di beberapa situasi pekerjaan, terkadang kita akan mempunyai toleransi pada orang-orang yang “bisa” kerja. Namun, dari contoh ini Anda dapat menilai mana yang memiliki value lebih tinggi atau mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan di perusahaan Anda.
Tapi apa iya, seribu-seribunya harus di tes-in?
Kembali ke kutipan di atas. Sebenarnya mungkin saja, jika sistem rekrutmennya siap. Mungkin saja tidak, jika Anda masih bingung dan nggak punya strategi yang tepat dalam melakukan rekrutmen yang efektif. Alih-alih mendapatkan karyawan yang kompeten, Anda malah dapat orang-orang yang sekedar ‘bisa’ kerja tersebut. Sekali lagi, tidak ada benar dan salah yaa….
Lalu, bagaimana Core Competency dapat menjadi dasar / landasan dalam strategi pengelolaan SDM di perusahaan?
Sebenarnya ada berbagai pendekatan dalam menentukan Core Competency, tergantung pada jenis dan model bisnis yang Anda jalani. Namun, yang saya dan tim Sinergia sering sarankan kepada rekan-rekan klien yang sedang merancang kamus kompetensi adalah berangkat dari Core Value sang bisnis Owner. Kami menilai ini pendekatan yang paling relevan, terutama pada lingkup bisnis keluarga atau perusahaan kecil-menengah.
Semoga Anda tidak keburu bingung membedakan Core value dengan Core Competency. ini adalah dua konsep yang beririsan namun memiliki kata kunci yang berbeda :
- Values are intangible, yang artinya landasannya adalah perasaan, keyakinan / belief, atau persepsi yang mempengaruhi seseorang dalam menginterpretasikan dunianya. Dalam konteks bisnis, hal meliputi Vision & Mission Statement serta personal value dari sang business owner. sedangkan,
- Competencies are tangible. yang kemudian didefinisikan sebagai bentuk perilaku kerja yang dapat diukur dan dinilai
Secara sederhana, Value akan membentuk budaya dan identitas. Dari budaya akan terbentuk standar perilaku yang penerapannya relatif akan berbeda di masing-masing perusahaan. Contoh paling mudah adalah ketika Anda datang ke Bank (sebut saja) BCA. Anda akan mendapatkan pengalaman dari security yang jauh berbeda dibandingkan dengan security di sebuah pabrik / toko bangunan. Bidang kerja yang namun dengan budaya dan standar kompetensi yang berbeda, akan menghadirkan suatu customer experience yang berbeda. Anda pernah mengalami contoh-contoh serupa?
Dengan adanya Core Competency, Maka…
1. Dapat mendukung Anda selaku business Owner, ataupun professional Leader dalam mengelola sumber daya perusahaan dengan lebih efektif dan efisien dari sisi internal (operasional) maupun eksternal (customer / market).
2. Memberikan kesempatan untuk menjadi Expertise atau ahli dalam bidang-bidang tertentu (spesifik) sehingga berpotensi meminimalisir market risk. selain itu adanya budaya internal yang kuat akan mengalami lebih sedikit pergantian karyawan, biaya pelatihan, kekurangan produk karena kurangnya pengetahuan, atau pekerja yang mengalami burnout
3. Mendukung strategi pengelolaan SDM, salah satunya di lingkup rekrutmen. Branding perusahaan yang kuat akan berpotensi untuk menarik kandidat-kandidat untuk mau bergabung dengan perusahaan Anda. Di lingkup operasional, tingkat pelayanan yang optimal akan mendongkrak retensi pelanggan untuk balik lagi ke tempat Anda. maka, Semakin spesifik dan unik, makin sulit perusahaan Anda untuk dibandingkan dengan perusahaan sejenis. contohnya seperti ;
- Air mineral: AQUA
- Mie Instan: Indomie
- Pasta gigi: Pepsodent dst,
Kira-kira, bagaimana produk / perusahaan Anda ingin dikenal ?
Terakhir, kompetensi inti dapat membantu menciptakan hubungan yang lebih kuat antara perusahaan dan karyawan atau pelanggannya. Karena gaya bahasa, pola kerja, nilai dan standar kompetensi yang dipegang sama, tentu akan memudahkan jalur komunikasi dan koordinasi setiap individu perusahaan. Jadi seperti apa standar value dan kompetensi yang ingin Anda ciptakan di perusahaan? yang ceria, energic, dinamis atau yang rigid, terstruktur & otoriter?
Semoga tulisan ini menghadirkan insight dalam mereview existing competency di perusahaan Anda. Jika ada pertanyaan dan tertarik belajar lebih lanjut, mari kita jumpa disini.
https://fastercapital.com/topics/successful-companies-and-their-core-competencies.html