Aldo :
Pak Krishna, ada sesuatu yang perlu saya bicarakan kepada Bapak.
Krishna :
Tentang apa Aldo?
Aldo :
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Krishna yang sebesar-besarnya atas bimbingan selama ini, selanjutya saya ingin mengajukan permohonan pengunduran diri pak...
Krishna :
Sebentar-sebentar, kok tiba-tiba minta resign? Padahal perusahaan sudah menaruh banyak harapan kepada kamu lo Do. Kamu karyawan terbaik tahun ini kan? Saya juga tidak pernah mendapat laporan buruk dari departemenmu.
Aldo :
Betul Pak, namun mohon maaf saya sudah menetapkan untuk mengundurkan diri secepatnya. Surat resmi permohonan pengunduran diri segera saya serahkan kepada Bapak.
Krishna :
Lho! Ada apa ini Do? Kalau ada masalah mari kita selesaikan baik- baik. Begini-begini kita ngobrol dulu saja...
HC Practitioner, pasti sangat menyebalkan bukan, saat kejadian diatas terjadi pada Anda?
Memiliki karyawan yang benar-benar berkualitas itu bukan perkara yang mudah. Mempertahankan individu terbaik agar tidak mengundurkan diri juga menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi oleh perusahaan.
Bayangkan saja jika karyawan terbaik Anda yang diprediksi memiliki potensi untuk mengembangkan perusahaan tiba-tiba minta resign. Nah lo, padahal barusan saja Anda bilang pada pimpinan, “Karyawan ini sangat berguna bagi perusahaan” atau “Susah cari karyawan berkualitas di jaman sekarang, untung ada si ... (nama karyawan terbaik Anda)”.
Nah, sebagai HC Practitioner, mari kita pahami penyebab karyawan terbaik Anda memutuskan untuk resign? BISA JADI, Anda yang menyebabkan mereka memutuskan untuk resign.
“Sometimes, People Quit Their Bosses, Not Their Jobs." – Robert Montenegro
Faktanya, Karir.com melakukan survey kepada sekitar 6.000 responden pada tahun 2015, dan mendapatkan data bahwa sebanyak 34% karyawan akan resign setelah tahun ke dua untuk mencari peluang karir baru (liputan6.com). Bagaimana dengan perusahaan Anda, apakah ada karyawan yang belum genap 1 tahun bekerja sudah ijin resign? Apa yang terjadi?
Saya telah melakukan riset terhadap perusahan-perusahaan yang menjadi klien kami, dan menghasilkan fakta terkait penyebab karyawan terbaik memutuskan untuk mengundurkan diri, sebagai berikut :
1. Gaji
Alasan klasik yang tetap menjadi momok bagi setiap perusahaan. Permasalahan gaji yang tidak sesuai dengan tanggung jawab yang diemban, atau tidak mencukupi kebutuhan personal karyawan masih menjadi satu topik yang paling sering dijadikan karyawan alasan untuk resign. Misalnya saja, gaji yang diterima terlalu kecil untuk mereka, atau waktu yang dibutuhkan untuk naik gaji memang terlalu lama.
Sudahkah perusahaan Anda memiliki standardisasi sistem compensation & benefit yang baik? Jika belum, SEGERA rapikan sistem tersebut! Mengapa? Mungkin selama ini banyak karyawan berkualitas Anda memilih untuk mengundurkan diri begitu saja, hanya karena mereka tidak pernah tahu dan tidak pernah merasakan kompensasi ataupun benefit yang bisa mereka peroleh dari perusahaan.
Mengatur sistem compensation & benefit dengan adil supaya perusahaan dan karyawan sama-sama mendapatkan kenyamanan, perlu untuk dipertimbangkan. Tidak jarang pula karyawan Anda pindah menuju perusahaan kompetitor hanya karena mereka tergiur dengan fasilitas dan gaji yang lebih baik.
Salah satu cara untuk mengevaluasi sistem compensation benefit ini adalah dengan melakukan analisa beban kerja (work load analysis). Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung bagaimana rasio antara tugas yang mereka miliki dengan kompensasi yang diterima. Jika Anda sudah mendownload All in One Job Analysis kami, Anda dapat memulai evaluasi rasio ini di perusahaan Anda dengan melihat KPI (key performance indicator) yang ada.
2. Bosan dengan Pekerjaan
HC Practitioner, sudahkah Anda memerhatikan job description karyawan Anda? Apakah mereka memiliki terlalu banyak kerjaan? Atau malah sebaliknya?
Karyawan terbaik Anda bisa saja memutuskan untuk resign karena mereka merasa kurang tertantang dengan pekerjaan mereka saat ini. Mungkin juga merasa terlalu sibuk sehingga tidak ada waktu untuk mengembangkan diri, atau malah merasa bosan karena mengerjakan tugas yang itu-itu saja. Anda harus benar-benar mengetahui kondisi dari karyawan tersebut, karena bisa saja tanggung jawab atau tugas tidak terlalu banyak, akan tetapi tugas tersebut tidak sesuai dengan keahlian atau minat mereka, sehingga melakukannya pun terasa lebih berat.
Mengadakan challenge atau memberikan tantangan bagi karyawan, bisa menjadi solusi yang dipilih. Sebagai satu contoh, klien yang kami dampingi, memberikan tantangan kepada tiap divisi dalam perusahaannya. Tantangannya sederhana, yaitu untuk meraih KPI (Key Performance Indicator) masing-masing departemen. Siapa yang tidak dapat meraih KPI, maka akan mendapat hukuman, dengan menjadi OB (office boy) selama seminggu. Mereka harus menjalankan peran untuk membersihkan kamar mandi, membuatkan minuman, bersih-bersih, dll. Sedangkan divisi yang paling baik mendapatkan hadiah berupa kesempatan untuk makan-makan bersama di suatu restoran, seluruh biaya ditanggung perusahaan.
Dapatkan All-in-One Job Analysis ini untuk membantu Anda menyusun KPI di perusahaan Anda, GRATIS!!
Sssttt, ada hal lain terkait soal bosan ini? Dalam sesi yang berbeda - dalam bahasan Strategic Assessment and Development Management, ada beberapa alat ukur psikologis yang juga dapat memprediksi tingkat kebosanan seseorang, apakah seseorang menyukai atmosfer yang terus berubah atau suka pada kondisi yang stabil.
Bisa jadi pekerjaannya saat ini baik, kompensasinya baik, relasi kerja juga baik. Kok resign? Banyak hal yang dapat menjadi alasan, memang… Banyak juga mereka yang sebenarnya memiliki keinginan untuk mendapat tantangan dan suasana kerja yang baru. Saat Anda memahami hal ini, sebenarnya kita dapat memberikan treatment yang sesuai bagi yang bersangkutan. Misalnya memindahkan ruang kerjanya, memberikan program baru, dsb yang dapat menjadi tantangan baru baginya.
3. Toleransi Kesalahan
Banyak pimpinan yang mendapat promosi ke jabatan karena mereka adalah orang-orang perfeksionis. Mereka melakukan tanggung jawabnya dengan sebaik dan sesempurna mungkin. Masalah yang seringkali terjadi adalah mereka melihat sesuatu masalah dengan sangat-sangat detail, sehingga karyawan tidak memiliki ruang gerak dan toleransi akan kesalahan. Karyawan dengan toleransi kesalahan yang minim memang bagus, akan tetapi atmosfer kerja yang terbentuk bisa jadi sangat mencekam dan tidak nyaman.
Salah satu contoh, ada perusahaan yang memberlakukan peraturan dengan sangat ketat dan minim sekali toleransi yang diberikan. Suatu ketika, 60% dari seluruh karyawan mengadakan demo besar-besaran menginginkan peraturan yang ada, diganti. Perusahaan tidak mendengarkan tuntutan dari karyawan karena merasa peraturan tidak bisa diganti, sehingga banyak karyawan yang akhirnya memutuskan untuk resign.
Tentu saja, proses bisnis tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Seperti yang kita ketahui bahwa karena kekurangan penggerak roda bisnis, yaitu manusia, maka perputaran bisnis yang terjadi juga menjadi tidak sehat. Ada baiknya, perusahaan mendengarkan tuntutan karyawan dan memberikan batas toleransi yang masih bias diakomodir, sehingga karyawan dapat merasa nyaman dalam bekerja.
4. Career Track yang Tidak Jelas
Anda mungkin sering mengambil keputusan terkait promosi dan demosi. Akan menjadi masalah besar ketika siapa yang dipromosikan ternyata adalah orang yang dianggap tidak berkompeten dan tidak bertanggung jawab, oleh karyawan Anda yang lainnya. Adanya kondisi tersebut akan membuat pertanyaan pada karyawan Anda yang lain, dan bisa jadi mereka memilih resign daripada mengikuti pimpinan baru yang tidak terkoneksi dan dirasa tidak kompeten bagi mereka.
Umumnya, hal ini akan sangat terkait dengan sistem career track yang ada, sehingga karyawan merasa bahwa sistem yang ada bersifat tidak adil bagi dirinya yang lebih kompeten. Career track sangat dibutuhkan perusahaan untuk menjamin komitmen kerja karyawan. Dengan mengetahui peluang karir yang bisa diterima karyawan, akan meningkatkan komitmen karyawan terhadap perusahaan. Apalagi dengan pengukuran yang jelas sehingga memudahkan mereka memahami bagaimana seseorang dapat mencapai karir tertentu dan apa yang dinilai sehingga ia mendapatkan posisi tersebut. Kejelasan serta standar yang obyektif penting untuk mendukung persiapan career track ini. Jika career track atau jalur karir tidak jelas, karyawan akan cenderung resign karena mereka beranggapan tidak memiliki masa depan yang jelas di perusahaan.
Menyiapkan skema Organisation Development ataupun Talent Management, akan memperlihatkan kepada karyawan, bagaimana sebenarnya organisasi peduli dan mempersiapkan masa depan karyawan, jika ia tetap loyal dan berintegrasi dengan perusahaan dalam jangka waktu ke depan.
5. Atmosfer Kerja yang tidak Suportif
Pertemuan atau merapatkan suatu topik tertentu akan membantu Anda dan tim untuk semakin fokus mengejar tujuan bersama. Pertemuan juga digunakan untuk merencanakan strategi-strategi yang berguna. Seorang pemimpin yang tidak bisa memimpin jalannya pertemuan-pertemuan ini dengan tepat, mengakibatkan jalannya pertemuan tersebut membosankan dan tidak tepat sasaran.
Karyawan-karyawan terbaik yang ada di perusahaan mampu menilai kualitas dari pekerjaan yang mereka lakukan dan apa yang mereka alami. Apabila tidak ada kejelasan bahkan untuk hal-hal yang krusial seperti meeting, mereka bisa saja memilih untuk mencari perusahaan yang lebih terpercaya. Mengadakan pertemuan-pertemuan kecil non-formal untuk mendekatkan diri secara personal mungkin dibutuhkan perusahaan Anda. Biasanya dari pertemuan-pertemuan kecil tersebut dapat memunculkan ide-ide besar daripada melakukan pertemuan yang terlalu formal.
Bukan hanya pertemuan yang Anda buat, bagaimana Anda dan perusahaan menetapkan sebuah peraturan perusahaan juga akan menjadi wacana bagi karyawan Anda. Apakah peraturan yang ditetapkan justru membuat atmosfer yang tidak menyenangkan, ataupun bahkan adanya persaingan antar SDM dalam perusahaan, juga dapat menjadi alasan mengapa karyawan Anda memilih untuk resign.
Maka, sebagai seorang HC Practitioner, Anda memang memiliki tugas yang tidak mudah. Merancang lingkungan kerja yang kondusif dan dapat diterima oleh banyak pihak menjadi suatu tantangan yang harus dihadapi dalam keseharian Anda. Maka, Anda juga dapat melakukan diskusi dengan sesama pejuang HC Practitioner melalui komunitas Human Capital yang ada.
Sekarang, Anda menjadi tahu beberapa contoh penyebab karyawan terbaik Anda memilih resign dari perusahaan. Mungkin, bukan menjadi persoalan yang besar jika karyawan yang resign memang tidak dibutuhkan atau tidak dapat menunjukan performa yang baik dalam bekerja. Dan bahkan, Anda dapat merelakannya dengan lapang dada...
Namun, menjadi hal yang perlu disorot ketika karyawan yang resign adalah karyawan berkualitas dan telah Anda incar untuk terus menjadi salah seorang yang mengembangkan perusahaan Anda di kemudian hari.
Seorang HC Practitioner sebaiknya dapat melihat penyebab yang terjadi kenapa seringkali karyawan terbaik Anda memutuskan untuk resign, sehingga dapat menentukan kebijakan yang terbaik dan memberikan solusi di masa yang akan datang. Hal ini juga penting, sehingga seorang HC Practitioner dapat memandang permasalahan dari banyak sudut pandang, tidak hanya untuk menguntungkan perusahaan saja.
Banyak ya, PR-nya untuk menjadi seorang HC Practitioner yang ideal? Tetap semangat!!! Dengan departemen Human Capital yang peduli pada perusahaan dan pada SDM-nya tentu akan memberikan dampak pengembangan yang signifikan. Anda juga mau kebagian rezekinya kan? Keep up your GOOD WORK, HC Practitioner!
Memiliki karyawan yang benar-benar berkualitas itu bukan perkara yang mudah. Mempertahankan individu terbaik agar tidak mengundurkan diri juga menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi oleh perusahaan.