Ada 1 tren baru yang dilakukan perusahaan berskala nasional maupun internasional, yaitu mengganti istilah Human Resourcesmenjadi Human Capital. Pertanyaannya, kenapa? Apa perbedaannya?
Untuk mengawalinya, coba simak 1 cerita ini:
Starbucks Corporation go public pada Juni 1992. Di hari pertama perdagangan, sahamnya ditutup pada $21,50 - naik dari harga pembukaan $17. Bukan hanya jaringan CEO saja yang layak disorot, pengecer kopi ini akhirnya berhasil masuk ke liga besar. Namun bukannya memupuk keuntungan, Howard Schultz (Mantan CEO Starbucks) justru memutuskan untuk menyerahkan sebagian tim dalam bentuk saham. Sementara perusahaan lain hanya menawarkan sahamnya pada jajaran eksekutif senior utama, Schultz menawarkannya pada siapapun yang bekerja di perusahaan selama 20 jam per minggu atau lebih, termasuk mereka yang berdiri di belakang konter di kedai Starbucks lokal.
Itu adalah kutipan artikel di Workforce Management yang ditulis oleh Samuel Greengard. Starbucks dan pemimpinnya, telah berfokus dalam membangun sebuah budaya dimana tim dapat mengepakkan sayapnya. Ini adalah salah satu cara yang membuat pada mitra (sebutan tim di Starbucks) tersadar akan pentingnya hubungan langsung antara kerja keras mereka dengan kesuksesan bisnis perusahaan.
Realita Yang Ada
Seringkali, kita sebagai professionals terjebak dalam tantangan yang tak kunjung selesai: bagaimana caranya, supaya anggota tim bisa meningkatkan serta mempertahankan performa terbaik mereka. Sudah berbagai cara dilakukan, namun perubahan pun tak kunjung datang:
Anggota tim masih belum banyak memberikan kontribusi terhadap perusahaan.
Tim masih belum menjadi supporter / pendukung yang maksimal dalam berbagai strategi yang dilakukan.
Dan lain lain..
Lalu.. apa yang harus diubah?
Ketahui Pemahaman Dasar ini
UBAH CARA PANDANG ANDA! Saat ini, sebagian besar profesional melihat tim nya dengan kacamataHuman Resource.
Menurut Amstrong (2009), Human Resource Management (HRM) berfungsi untuk mengembangkan dan menjamin kesejahteraan sumber daya manusia di dalam organisasi. Sementara Tjiptojuwono yang menyebutkan sebagai pendekatan strategis dan koheren untuk pengelolaan aset yang berupa manusia untuk bekerja sama secara individu dan kolektif untuk pencapaian tujuan (Amstrong, 2006)
Sehingga secara umum, HRM merupakan strategi atau rangkaian langkah-langkah dan pendekatan untuk mengelola atau menggunakan sumber daya manusia (SDM) untuk mencapai suatu tujuan/goals yang ditetapkan perusahaan/organsasi.
Human Resource Management (HRM) / Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menentukan aspek manusia dalam posisi manajemen yang berkaitan dengan proses memperoleh, melatih, menilai dan memberikan kompensasi kepada tim. Termasuk juga di dalamnya, memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan, keamanan dan masalah keadilan.
HRM khusus diisi dengan program yang bersangkutan dengan orang (tim) yang dilakukan dalam fungsi organisasi yang paling efektif, memfasilitasi penggunaan orang (tim) untuk mencapai tujuan organisasi dan individu.
Selayaknya sebuah sumber daya, SDM perlu dikelola dengan baik. Maka yang perlu disadari sebagai landasan utama adalah bahwa pada suatu waktu, sumber daya itu akan habis. Misalnya kita lihat dalam konteks dalam perusahaan; ditemui bahwa produktivitas tim akan semakin menurun, baik karena bertambahnya usia, maupun tidak ada lagi yang bisa dikembangkan karena sudah terlanjur masuk dalam sebuah zona nyaman. Artinya, ketika seorang tim bergabung dengan perusahaan, maka seluruh sumber daya yang ada pada dirinya, harus mampu dioptimalkan oleh perusahaan agar memberikan manfaat terbesar bagi perusahaan itu sendiri dan sebenarnya juga bagi individu yang bersangkutan. Dalam beberapa hal akan terkesan semua yang ada pada diri tim akan “diperas” untuk kepentingan perusahaan, karena dianggap sebagai sumber daya yang dapat “habis”.
Jadi, sebelum sumber daya ini “habis”, perusahaan harus memanfaatkan apapun yang ada pada diri tim semaksimal mungkin. Asumsi ini memang tidak dapat disalahkan, karena perusahaan memiliki orientasi untuk mendapatkan profit.
Kemudian muncul pertanyaan, benarkah bahwa anggota tim sebagai seorang manusia, potensinya "akan habis" pada suatu waktu?
Konsep tentang tim sebagai capital/ aset-lah (Human Capital Management) yang kemudian mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Bagaimana bila, potensi tim Anda tidak akan habis, namun sebaliknya mereka akan terus berkembang?
Bagaimana bila, alih-alih memfungsikan anggota tim Anda, sebagai aset yang bisa berkembang – bukan sebagai liabilityyang bisa diforsir tenaganya untuk mendukung perusahaan?
Beberapa tokoh lain menjelaskan tentang Human Capital Management (HCM), misalnya saja Kearns (2006) mengungkapkan bahwa human capital management berfokus pada penambahan dan menciptakan value untuk pengembangan manusia. Hal tersebut mendorong human capital untuk mengedepankan pentingnya pengambilan data, analisis, dan penyajian data guna mendapatkan arahan jelas untuk mengambil sebuah tindakan.
Gary Becker seorang ahli ekonomi dari University of Chicago (1962) mengatakan bahwa Human Capitalberfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan/organisasi untuk mempersiapkan masa depan perusahaan / organisasi melalui penanaman pengetahuan atau kemampuan pada manusianya.
Human Capital Management(HCM) mengelola dan mengembangkan kemampuan manusia untuk mencapai tingkat signifikan yang lebih tinggi secara kinerjanya. Individu menghasilkan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan (human capital) serta menciptakan modal intelektual (intellectual capital). Pengetahuan ditingkatkan melalui interaksi dengan individu lain (social capital) sehingga dapat menghasilkan pengetahuan untuk mendukung pengembangan organisasi (organizational capital)
Dari pemahaman di atas, dapat kita cermati bersama, bahwa adanya sebuah intervensi yang dilakukan oleh leaderkepada timnya, berupa penambahan (penanaman pengetahuan atau kemampuan), serta adanya value pengembangan manusia.
Proses intervensi ini didasari, bahwa sebenarnya tim juga merupakan sebuah aset bagi perusahaan, selain modal kerja dalam bentuk uang dan peralatan kerja yang ada. Tanpa ada kombinasi ketiga aset ini (manusia, uang, dan peralatan kerja) maka dapat dipastikan bahwa perusahaan akan cenderung sulit untuk mencapai segala target yang ditetapkan.
Sebuah perusahaan mungkin memiliki banyak dana yang mampu membeli berbagai macam hal, lokasi yang strategis, program promosi yang menarik, serta peralatan canggih yang bisa berjalan secara otomatis. Bayangkan apa yang akan terjadi jika semua itu tidak ada tim yang mengoperasikannya?
Tim yang menjalankan operasional perusahaan dalam berbagai bidang / divisi / departemen itulah aset terbesar yang dimiliki oleh perusahaan.
Nah, karena jaman berubah, maka tim pun harus mampu mengikuti perkembangan yang ada. Dahulu ada sebuah masa dimana semua dilakukan secara mekanik, tetapi dengan seiringnya perkembangan dunia teknologi, maka sebagian besar peralatan mekanik berganti menjadi elektronik, dan bahkan pada masa kini dapat dikatakan sebagai high technology.
Untuk tetap dapat mengoperasikan berbagai peralatan yang ada, kira-kira apa yang dibutuhkan tim? Yap, Tim yang ada dalam perusahaan akhirnya mau tidak mau juga harus belajar berbagai hal baru terus dan menerus, seiring dengan perkembangan yang maju.
Saat kesadaran ini muncul, maka perusahaan diharuskan untuk menanamkan investasi pada tim, dalam berbagai macam bentuk, misalnya compensation dan benefit yang menarik agar orang terbaik tetap bertahan dalam perusahaan, adanya budget pengembangan tim untuk belajar hal baru tadi, penyediaan fasilitas kerja yang lebih optimal dan masih banyak lainnya. Semua ini perlu dilakukan agar pada akhirnya tujuan perusahaan tetap dapat tercapai.
Abraham Maslow, seorang tokoh Psikologi, menempatkan aktualisasi diri dalam tataran yang paling tinggi. Ketika karyawan sudah dikembangkan, maka dirinya juga akan bertumbuh dan tidak akan habis pada suatu waktu, karena dalam dirinya tetap memiliki kebutuhan aktualisasi diri tersebut.
Aktualisasi diri inilah yang akan mampu mendorong proses kerja karyawan berjalan jauh lebih optimal, sehingga tujuan perusahaan bisa tercapai lebih cepat, lebih besar ataupun lebih banyak daripada yang dijadwalkan atau ditargetkan.
Persamaan dan Perbedaan
Persamaan dari perspektif Human Resource Management (HRM) dengan Human Capital Management (HCM) adalah sama-sama untuk mengatur semua aspek dari manusia/karyawan sebuah perusahaan dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen.
HCM & HRM menyediakan berbagai fungsi dan kemampuan untuk mengelola SDM dengan proses otomatis, dan memberikan satu sumber informasi bagi karyawan, berupa sistem administrasi karyawan, rekrutmen, talent management, pelatihan dan pengembangan, compensation dan benefit, waktu dan kehadiran, manajemen biaya, manajemen kinerja, kesehatan & keselamatan, dan lainnya yang berhubungan dengan proses bisnis.
Apa sih perbedaan mendasar antara Human Resource Management (HRM) dan Human Capital Management (HCM)? Dari berbagai literatur yang ada, kami mencoba merangkumnya seperti tabel di bawah ini :
Human Resources Management
Human Capital Management
Nah, Professionals...
Sekarang Anda sudah mengetahui hal yang mendasar mengenai Human Capital Management. Namun, saat Anda bertanya-tanya bagaimana cara menerapkannya di lapangan atau di perusahaan Anda, yuk simak selengkapnya mengenai LANGKAH yang dapat Anda lakukan di BUKU Human Capital ARTchitect, yang akan membantu Anda memiliki pemahaman lebih lengkap mengenaiHuman Capital Managementini. Atau Anda juga dapat bergabung dan belajar lebih intensif di Human Capital ARTchitect Membership Program.
Anda juga bisa berdiskusi dengan forum yang ada di Facebook Page dan Komunitas Sinergia Consultant ya..
Join di FB grup komunitas kami, silahkan langsung berbincang dengan paracoachkami ya. Bisa langsung klik di Komunitas Human Capital Professionals.
Let’s Connect!