June 14, 2025

7 Hal yang Membuat HRD Dighosting Kandidat!

0  comments

Hai Business Owner, HC Practitioner dan Professional Leader. Apakah Anda pernah mengalami situasi tiba-tiba di ghosting oleh kandidat? Kandidat yang awalnya resposif dan antusias, tiba-tiba nggak bales chat, nggak hadir interview, bahkan menghilang setelah har pertama kerja?

Fenomena ini biasanya disebut dengan “Ghosting” makin sering terjadi di dunia rekrutmen. Bukan hanya menyulitkan tim Human Capital, tapi juga bisa menghambar operasional tim yang sangat membutuhkan “bala bantuan”.

So, kenapa hal ini bisa terjadi?

7 Penyebab Umum Kandidat Ghosting

Setelah mengamati dinamika rekrutmen dan mendengar berbagai pengalaman dari tim HR klien maupun kandidat, kira-kira ini adalah 7 penyebab umum kenapa kandidat tiba-tiba menghilang tanpa kabar.

  1. Proses Rekrutmen Terlalu Panjang

    Tahapan yang terlalu banyak dan jeda waktu yang terlalu lama akan membuat kandidat kehilangan minat. Di sisi lain, mereka bisa saja sudah mendapatkan tawaran dari perusahaan lain yang bergerak lebih cepat, bukan?

  2. Tidak Ada Follow Up

    Nah, kandidat sudah menyelesaikan seluruh rangkaian tahapan seleksi, tapi tidak menerima kabar lanjutan. Hal ini membuat kandidat merasa tidak dihargai dan akhirnya memilih untuk mundur. Ada yang mundur secara baik-baik, ada juga yang mundurnya dengan diam-diam.

  3. Sudah Mendapatkan Tawaran dari Perusahaan Lain

    Karena proses di perusahan Anda terlalu lambat atau kurang engaging, dan tidak ada follow up. Kandidat pasti akan merasakan kebingungan, terlebih lagi jika mereka adalah kandidat yang potential. Pasti mereka akan lebih memilih tempat lain yang menawarkan kejelasan dan komunikasi lebih baik.

  4. Pengalaman Interview Kurang Menyenangkan

    Interview nggak cuma sekedar menggali kompetensi, tapi juga membentuk first impression. Saat suasananya nggak enak, minim interaksi atau terlalu kaish pressure, kandidat bisa kehilangan minat untuk melanjutkan proses ini.

  5. Tidak Cocok dengan Budaya Perusahaan

    Kadang bukan soal gaji atau jobdesc. Kandidat bisa merasa tidak cocok dengan value atau cara kerja perusahaan. Jika budaya tidak dikenalkan sejak awal, potensi ketidakcocokan ini makin besar.

  6. Terlalu Banyak Prosedur yang Tidak Relevan

    Jika Anda melakukan proses asesmen terlalu banyak, tidak relevan, atau tidak dijelaskan tujuannya, kandidat akan merasa kelelahan dan cenderung mundur dari proses. Misalnya nih, Anda sedang merekrut Waiters, tetapi Anda malah kasih test financial planning. Yaaa tidak salah kalau Anda di ghosting oleh kandidat, karena kurang cocok dengan posisi yg kandidat Apply.

    Jika Anda masih bingung tools mana yang paling tepat digunakan untuk posisi-posisi tertentu, Anda bisa akses Premium Assessment Bundling dan terkoneksi langsung dengan kami di sini.

  7. Tidak Sesuai Ekspektasi

    Ada gap antara isi lowongan dengan kenyataan saat interview atau penawaran kerja. Ketika informasi tidak selaras, ekspektasi kandidat akan menurun dan ghosting pun terjadi.

So, Apa yang Harus Dilakukan untuk Menghindari Dighosting Kandidat?

Setelah memahami akar masalahnya, kini saatnya membangun proses rekrutmen yang kompetitif namun tetap manusiawi. Ini beberapa langkah konkret yang bisa Anda terapkan:

1. Tetapkan Durasi Ideal Proses Rekrutmen

  • Screening: maksimal 3 hari

  • Interview: maksimal 7 hari

  • Feedback: maksimal 2 hari setelah interview

Dengan timeline yang jelas, Anda menjaga momentum dan menunjukkan profesionalitas.

2. Bangun Pola Komunikasi yang Aktif

Follow-up tak harus panjang, yang penting jelas dan tepat waktu.
Contoh:

Terima kasih sudah mengikuti tes. Hasilnya akan kami sampaikan dalam 2 hari kerja.

Kalimat sesederhana ini bisa membuat kandidat merasa dihargai.

3. Buat Pengalaman Interview yang Positif

Jadikan sesi interview sebagai ruang dialog, bukan hanya sesi tanya-jawab. Tunjukkan ketertarikan pada profil kandidat, dan beri mereka ruang untuk bertanya.

4. Kenalkan Budaya Perusahaan Sejak Awal

Sisipkan informasi budaya kerja di lowongan, media sosial, atau saat interview. Ini membantu kandidat menilai kecocokan sejak awal.

5. Evaluasi Tools yang Digunakan

Gunakan tools seleksi secara strategis, sesuai posisi. Jelaskan tujuan penggunaannya agar kandidat merasa dihargai dan tidak hanya sebagai “objek tes.”

6. Konsistensikan Komunikasi Antar Tim

Pastikan user, rekruter, dan HCBP menyampaikan informasi yang selaras tentang:

  • Job description

  • Benefit

  • Lingkup kerja

  • Ekspektasi performa
    Konsistensi ini menghindari miskomunikasi yang bisa mengecewakan kandidat.

7. Bangun Employer Branding yang Positif

Semua hal di atas akan menciptakan pengalaman yang berkesan. Ketika proses rekrutmen terasa profesional dan hangat, bahkan kandidat yang tidak lolos pun bisa jadi ambassador positif perusahaan Anda.

Ghosting adalah Gejala, Bukan Inti Masalah

Ghosting muncul karena ada proses yang bisa diperbaiki. Dengan menciptakan alur rekrutmen yang efisien, transparan, dan empatik, Anda bukan hanya akan mengurangi risiko kandidat menghilang, tapi juga lebih mungkin menarik talenta terbaik, yang selaras dengan budaya perusahaan Anda.

Proses rekrutmen seperti apa yang ingin Anda tinggalkan kesannya di benak kandidat?

Kalau Anda ingin meninjau ulang alur rekrutmen di perusahaan atau memilih tools yang relevan untuk posisi-posisi tertentu, Anda bisa terkoneksi dengan kami disini

Adelia Putri Arinatasyah


Saya ibarat sponge yang selalu haus ilmu, terutama tentang human capital! Mengelola manusia di organisasi itu seperti menyusun puzzle, kadang ada yang hilang atau terbalik, tapi serunya adalah membantu mereka berkembang bersama tim dan organisasi. Sambil belajar, semuanya bisa berkembang dan bergerak maju. Seru, kan?


Tags


You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}
>