September 24, 2025

Strategi Praktis Mensosialisasikan KPI di Tahun 2026

0  comments

“Buat apa repot-repot bikin KPI, Bu… tanpa KPI pun perusahaan tetap jalan.”

Halo Business Owner, Leader, dan HR Practitioner. Pernah nggak sih Anda mendengar kalimat seperti itu saat mencoba mensosialisasikan KPI ke tim? Pernyataan itu mungkin terdengar sederhana, tapi sebenarnya mencerminkan resistensi yang cukup dalam. Saat manajemen berusaha melakukan transformasi, respon yang muncul di lapangan seringkali hanya sebatas “iya, Bu” atau “oke, Pak”, tanpa benar-benar dipahami maknanya. Hasilnya? tim tetap bekerja dengan pola lama, sekadar bertahan bukan berkembang. Di sinilah tantangannya:

Bagaimana menjembatani goals perusahaan dengan penerimaan karyawan? 

Antara Goals Manajemen dan Realita Lapangan

Menjelang tahun 2026, banyak perusahaan mulai menyusun ulang KPI. Di Sinergia sendiri, para coach sudah mulai berdiskusi dengan klien tentang perencanaan KPI di tahun depan. Salah satu klien kami di industri manufaktur pangan bahkan sudah hampir 90% menyelesaikan rancangan KPI pertamanya. Tantangan yang dialami, mereka punya waktu dua bulan untuk mensosialisasikan dokumen KPI.

Kalau dilihat sekilas, sosialisasi KPI terlihat sederhana: siapkan materi, adakan sosialisasi, lalu selesai. Tapi praktik di lapangan jauh lebih kompleks. Ada tim yang merasa, “Ah… tanpa KPI pun kerjaan tetap bisa jalan.” Mereka nggak menolak secara terang-terangan, tapi juga nggak merasa butuh. Inilah resistensi yang seringkali bikin implementasi KPI hanya berhenti jadi dokumen, bukan jadi budaya.

Kenapa Sosialisasi KPI Sering Mandek?

Kalau kita amati lebih dalam, ada tiga akar masalahnya:

  1. Tim Nggak Paham Tujuannya
    Gallup menemukan hanya sekitar 50% tim yang betul-betul paham apa yang diharapkan dari perusahaan. Kalau tujuan KPI hanya dijelaskan dari kacamata perusahaan seperti target, efisiensi, atau profit maka wajar kalau mereka melihatnya sekadar formalitas. Padahal, KPI juga bisa jadi alat bagi tim untuk menilai perkembangan diri dan mengukur kontribusi. Ketika mereka melihat KPI bukan hanya untuk perusahaan, tapi juga untuk perkembangan pribadi, rasa memiliki pasti akan tumbuh.
  2. Bahasanya Terlalu Teknis
    Bahasa adalah jembatan antara ekspektasi dan pemahaman. Idealnya, bahasa perlu disesuaikan dengan keseharian tim. Kalau pertama kali mensosialisasikan KPI tapi terlalu fokus dengan istilah manajerial atau angka, mereka justru bisa kesulitan memahami maknanya.
  3. Nggak Ada Ruang Diskusi
    Sosialisasi seringkali berjalan di satu arah: manajemen menjelaskan, tim mendengarkan. Padahal, resistensi justru bisa diatasi kalau mereka diberi ruang untuk bertanya, memberi masukan, bahkan mengkritisi indikator yang dianggap kurang relevan

Gunakan Framework 4MAT untuk Sosialisasi KPI di Perusahaan

Untuk menjawab tantangan itu, kita bisa pakai pendekatan 4MAT yang dikembangkan Bernice McCarthy di awal 1980-an. Framework ini bantu individu memahami informasi lewat empat sudut pandang: Why, What, How, dan What If.

Kalau dalam konteks sosialisasi KPI, pendekatan ini memastikan pesan lebih mudah diterima semua tipe karyawan: ada yang butuh alasan dulu, ada yang perlu definisi, ada yang belajar lewat praktik, dan ada juga yang terbiasa berpikir ke depan.

  1. Why – Kenapa Perusahaan Menerapkan KPI?

Resistensi biasanya muncul karena tim belum terhubung dengan esensi KPI. Dari sisi manajemen, KPI jelas penting untuk mengukur strategi dan arah perusahaan. Tapi dari sisi karyawan, kalau hanya dijelaskan lewat angka atau istilah teknis, mereka nggak merasakan relevansinya.

Di tahap ini, Anda perlu membuat mereka merasakan makna dibalik adanya KPI. Cara yang bisa dilakukan lewat cerita atau metafora yang relevan dengan kesehariannya.

Misalnya pakai narasi ini:
“Selama 15 tahun saya memimpin PT Sukses, saya melihat perusahaan terus berkembang. Tapi ada satu hal yang kurang: indikator pengembangan karyawan. Saya butuh ukuran yang jelas untuk memastikan strategi efektif. Dari sisi tim, kalian juga butuh evaluasi objektif, bukan hanya untuk tahu area perbaikan, tapi juga untuk mendapatkan kompensasi yang adil. Karena itu, di tahun 2026 kita menerapkan KPI sebagai rapor kerja bersama.”

Ketika tim sudah mengerti “kenapa saya perlu peduli,” setengah tantangan sudah ada jawabannya.

  1. What – Apa Itu KPI?

Setelah paham alasan di balik penerapannya, langkah selanjutnya adalah menjelaskan apa sebenarnya KPI itu. Tim akan lebih mudah menerima kalau penjelasan disampaikan dengan sederhana, relevan, dan pakai contoh nyata.

Setiap perusahaan memang punya format KPI masing-masing. Tapi secara umum, Anda bisa mulai dengan:

  1. Definisi: KPI (Key Performance Indicator) adalah indikator untuk mengukur kinerja perusahaan maupun individu 
  2. Komponen utama KPI:
    Indikator → aspek kerja yang diukur
    PIC (Person in Charge) → siapa yang bertanggung jawab
    Target → standar capaian yang harus diraih
    Bobot → nilai dari setiap indikator

Dengan menunjukkan visualisasinya, tim akan lebih mudah memahami perannya masing-masing, apa yang harus dicapai, dan bagaimana kontribusinya dinilai secara objektif.

  1. How – Bagaimana Sosialisasi KPI Dijalankan?

Kuadran How menekankan pada aktivitas nyata. Di sini, tim nggak hanya tahu konsepnya, tapi juga terlibat langsung dalam prosesnya. Kalau begini, mereka akan merasa punya andil, bukan hanya sebagai penerima kebijakan.

Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan:

  • Menulis insight pribadi: meminta tim menuliskan apa yang mereka refleksikan setelah mengenal KPI.
  • Brainstorm indikator: ajak mereka memberi masukan soal indikator yang terasa kurang relevan dengan realita lapangan.
  • Latihan membaca KPI: tunjukkan satu indikator, lalu minta mereka menjelaskan pemahamannya
  1. What If – Kalau KPI Berhasil atau Gagal?

Kuadran terakhir mengajak tim untuk berpikir ke depan dengan membayangkan dua skenario: kalau berhasil dan kalau tidak berhasil. Dalam proses ini, Anda bisa mengajak tim membayangkan dua kemungkinan, lalu minta mereka menuliskan atau mendiskusikan jawabannya. Beberapa pertanyaan refleksi yang bisa digunakan:

Kalau berhasil:

  • Apa dampak positif yang dirasakan tim?
  • Bagaimana KPI membantu mereka melihat perkembangan diri secara objektif?

Kalau gagal:

  • Hambatan terbesar apa yang membuat KPI sulit tercapai?
  • Apa yang perlu diperbaiki supaya KPI lebih sesuai dengan pekerjaan sehari-hari?

Dengan begitu, KPI nggak lagi dilihat sebagai alat penilaian, tapi juga ruang belajar dan eksplorasi.

Sudah Siap Melakukan Sosialisasi KPI di Perusahaan Anda?

Sekarang Anda tahu dengan framework 4MAT, sosialisasi KPI bisa lebih nyambung dengan sudut pandang tiap individu. Tim bukan hanya paham konsep, tapi juga merasakan maknanya, mencoba praktik, dan melihat dampaknya ke depan. Pendekatan ini juga kami terapkan saat mendampingi proses sosialisasi kepada klien.

Dan menjelang akhir 2026, Sinergia juga sedang mendampingi beberapa klien untuk menyusun dan mensosialisasikan KPI. Kalau Anda ingin berdiskusi atau butuh partner brainstorming, yuk terhubung bersama kami dengan book sesi appointment bersama HCA Coach di Sinergia Consultant.

Nanda Ika Widyaning Saputri


Mempelajari tentang organisasi sama halnya dengan memahami ekosistem yang dinamis, setiap elemen di dalamnya saling berinteraksi dan berkontribusi terhadap keseimbangan serta pertumbuhan keseluruhan.


Tags


You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}
>