Hai Business Owner, HC Practitioner dan Professional Leader. Apakah Anda pernah mengalami situasi tiba-tiba di ghosting oleh kandidat? Kandidat yang awalnya resposif dan antusias, tiba-tiba nggak bales chat, nggak hadir interview, bahkan menghilang setelah har pertama kerja? Fenomena ini biasanya disebut dengan "Ghosting" makin sering terjadi di dunia rekrutmen. Bukan hanya menyulitkan tim Human Capital, tapi juga bisa menghambat operasional tim yang sangat membutuhkan "bala bantuan".
So, kenapa hal ini bisa terjadi?
7 Penyebab Umum Kandidat Ghosting
Setelah mengamati dinamika rekrutmen dan mendengar berbagai pengalaman dari tim HR klien maupun kandidat, kira-kira ini adalah 7 penyebab umum kenapa kandidat tiba-tiba menghilang tanpa kabar.
-
Proses Rekrutmen Terlalu Panjang
Tahapan yang terlalu banyak dan jeda waktu yang terlalu lama akan membuat kandidat kehilangan minat. Di sisi lain, mereka bisa saja sudah mendapatkan tawaran dari perusahaan lain yang bergerak lebih cepat, bukan?
-
Tidak Ada Follow Up
Nah, kandidat sudah menyelesaikan seluruh rangkaian tahapan seleksi, tapi tidak menerima kabar lanjutan. Hal ini membuat kandidat merasa tidak dihargai dan akhirnya memilih untuk mundur. Ada yang mundur secara baik-baik, ada juga yang mundurnya dengan diam-diam.
-
Sudah Mendapatkan Tawaran dari Perusahaan Lain
Karena proses di perusahan Anda terlalu lambat atau kurang engaging, dan tidak ada follow up. Kandidat pasti akan merasakan kebingungan, terlebih lagi jika mereka potential. Pasti mereka akan lebih memilih tempat lain yang menawarkan kejelasan dan komunikasi lebih baik.
-
Pengalaman Interview Kurang Menyenangkan
Interview nggak cuma sekedar menggali kompetensi, tapi juga membentuk first impression. Saat suasananya nggak enak, minim interaksi atau terlalu kaish pressure, kandidat bisa kehilangan minat untuk melanjutkan proses ini.
-
Tidak Cocok dengan Budaya Perusahaan
Kadang bukan soal gaji atau jobdesc. Kandidat bisa merasa tidak cocok dengan value atau cara kerja perusahaan. Jika budaya tidak dikenalkan sejak awal, potensi ketidakcocokan ini makin besar.
-
Terlalu Banyak Prosedur yang Tidak Relevan
Jika Anda melakukan proses asesmen terlalu banyak, tidak relevan, atau tidak dijelaskan tujuannya, kandidat akan merasa kelelahan dan cenderung mundur dari proses. Misalnya nih, Anda sedang merekrut Waiters, tetapi Anda malah kasih test financial planning. Yaaa tidak salah kalau Anda di ghosting karena kurang cocok dengan posisi yg di Apply.
Jika Anda masih bingung tools mana yang paling tepat digunakan untuk posisi-posisi tertentu, Anda bisa akses Premium Assessment Bundles dan terkoneksi langsung dengan kami di sini.
-
Tidak Sesuai Ekspektasi
Ada gap antara isi lowongan dengan kenyataan saat interview atau penawaran kerja. Ketika informasi tidak selaras, ekspektasi kandidat akan menurun dan ghosting pun terjadi.
So, Apa yang Harus Dilakukan untuk Menghindari Dighosting Kandidat?
Setelah memahami akar masalahnya, kini saatnya membangun proses rekrutmen yang kompetitif namun tetap manusiawi. Ini beberapa langkah konkret yang bisa Anda terapkan:
1. Tetapkan Durasi Ideal Proses Rekrutmen
-
Screening: maksimal 3 hari
-
Interview: maksimal 7 hari
-
Feedback: maksimal 2 hari setelah interview
Dengan timeline yang jelas, Anda menjaga momentum dan menunjukkan profesionalitas.
2. Bangun Pola Komunikasi yang Aktif dengan Kandidat
Follow-up tak harus panjang, yang penting jelas dan tepat waktu.
Contoh:
Terima kasih sudah mengikuti tes. Hasilnya akan kami sampaikan dalam 2 hari kerja.
Kalimat sesederhana ini bisa membuat merasa dihargai.
3. Buat Pengalaman Interview yang Positif
Jadikan sesi interview sebagai ruang dialog, bukan hanya sesi tanya-jawab. Tunjukkan ketertarikan pada profil kandidat, dan beri mereka ruang untuk bertanya.
4. Kenalkan Budaya Perusahaan Sejak Awal
Sisipkan informasi budaya kerja di lowongan, media sosial, atau saat interview. Ini membantu menilai kecocokan sejak awal.
5. Evaluasi Tools yang Digunakan Kandidat
Gunakan tools seleksi secara strategis, sesuai posisi. Jelaskan tujuan penggunaannya agar kandidat merasa dihargai dan tidak hanya sebagai “objek tes.”
6. Konsistensikan Komunikasi Antar Tim
Pastikan user, rekruter, dan HCBP menyampaikan informasi yang selaras tentang:
-
Job description
-
Benefit
-
Lingkup kerja
-
Ekspektasi performa
7. Bangun Employer Branding yang Positif
Semua hal di atas akan menciptakan pengalaman yang berkesan. Ketika proses rekrutmen terasa profesional dan hangat, bahkan kandidat yang tidak lolos pun bisa jadi ambassador positif perusahaan Anda.
Di Ghosting Kandidat itu "Gejala" Bukan Masalah
Ghosting muncul karena ada proses yang bisa diperbaiki. Dengan menciptakan alur rekrutmen yang efisien, transparan, dan empatik, Anda bukan hanya akan mengurangi risiko dighosting, tapi juga lebih mungkin menarik talenta terbaik, yang selaras dengan budaya perusahaan Anda.
Proses rekrutmen seperti apa yang ingin Anda tinggalkan kesannya di benak kandidat?
Kalau Anda ingin meninjau ulang alur rekrutmen di perusahaan atau memilih tools yang relevan untuk posisi-posisi tertentu, Anda bisa terkoneksi dengan kami disini
Saya ibarat sponge yang selalu haus ilmu, terutama tentang human capital! Mengelola manusia di organisasi itu seperti menyusun puzzle, kadang ada yang hilang atau terbalik, tapi serunya adalah membantu mereka berkembang bersama tim dan organisasi. Sambil belajar, semuanya bisa berkembang dan bergerak maju. Seru, kan?
Business Owner, Human Capital Practitioner, Leaders
You may also like
“Udah biasa kok, dari tatapan mata aja udah keliatan,” Pernah nggak, Anda merasa sudah melakukan segalanya dalam proses rekrutmen CV dicek, wawancara berlapis, bahkan sampai tes teknis tapi begitu orangnya masuk, kok rasanya nggak “nyatu” sama tim? Bukan berarti dia nggak kompeten, tapi kayak ada sesuatu yang nggak klik aja. Hal ini juga dialami salah
Read More
Ada yang capek karena inisiatif kerja, eh ada yang nganggur karena nggak dapet arahan Lucunya, dua-duanya ada di tim yang sama. Haii Business Owner, HC Practitioner dan Professional Leader! Situasi ini sering banget kejadian di kantor. Kadang bukan karena orangnya malas atau nggak punya niat baik, tapi karena mereka nggapunya engagement antar tim. Semua orang
Read More