Hai Business Owner, HC Practitioner, dan Professional Leader,
Apa jadinya jika tim pemasaran dan tim operasional bekerja untuk target yang sama, tapi tidak pernah betul-betul bicara satu sama lain? Atau ketika HR sudah merancang sistem pengembangan SDM, tapi divisi lainnya malah nggak paham sama konteksnya?
Faktanya, banyak perusahaan yang tumbuh dalam struktur yang rapi, tapi komunikasi antardepartemennya tak sejalan. Alhasil, informasi nyangkut di tengah jalan, keputusan lambat, atau bahkan proyek amburadul hanya karena satu hal: tidak saling paham.
Sebuah studi dari Harvard Business Review menyebutkan, 67% tantangan kolaborasi di perusahaan berasal dari miskomunikasi antar tim. Sementara itu, survei Gallup menunjukkan bahwa organisasi yang mendorong komunikasi terbuka punya kemungkinan 40% lebih tinggi dalam menciptakan keterlibatan karyawan. Maka pertanyaannya nggak hanya “perlu nggak sih kita memperbaiki komunikasi antar departemen?” tetapi, “bagaimana cara membangunnya secara strategis?”
Komunikasi Antar Departemen?
Komunikasi antar departemen seringkali dipersempit menjadi "kan infonya sudah dikirim", padahal sejatinya ia adalah hal yang akan menjebatani 2 makna. Dua tim bisa saja menggunakan tools yang sama, menghadiri meeting yang sama, bahkan kerja di ruangan yang sama, tapi belum tentu mereka benar-benar saling mendengarkan atau memahami konteks satu sama lain dan juga memiliki pemahaman yang sama.
Menurut Deloitte, 74% karyawan merasa kehilangan informasi penting karena buruknya komunikasi antar departemen. Hal ini menyebabkan duplikasi kerja, proyek molor, moral karyawan menurun, bahkan pelanggan merasa tidak terlayani dengan baik.
Komunikasi antar departemen bukan hanya soal alur informasi. Ia adalah kunci untuk membangun komunikasi dimana akan saling memahami konteks, menyamakan prioritas, dan menciptakan ruang untuk mencari solusi bersama.
Perusahaan yang serius membangun komunikasi antardepartemen akan memiliki peluang untuk:
-
20% lebih mungkin memenuhi target proyek
-
Menurut McKinsey, kemungkinan 50% lebih tinggi mempertahankan karyawan dan
-
Peningkatan kinerja bisnis sebesar 20–25%
Ketika komunikasi mengalir dengan baik, informasi tak lagi nyangkut di kepala satu orang. Ide berkembang, keputusan lebih cepat, dan rasa memiliki antar tim semakin kuat.
3 Cara Komunikasi Efektif Antar Departemen
1. Keselarasan (Alignment)
Komunikasi efektif dimulai dengan misi bersama. Setiap tim paham kenapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan, dan bagaimana kontribusinya ke tujuan bersama. Dengan keselarasan, kolaborasi jadi kebutuhan internal, bukan hanya permintaan eksternal.
2. Sharing Pembelajaran
Berbagi pengetahuan, data, belajar, dan metodologi antar departemen akan memperkaya inovasi dan solusi akan muncul ketika tim berbeda mempertemukan perspektif. Artikel Vorecol juga menyatakan bahwa komunikasi yang lebih baik membantu organisasi meminimalkan kesalahan dan mempercepat penyelesaian proyek.
Menurut ClearCompany, 97% karyawan percaya bahwa kurangnya keselarasan dalam tim berdampak langsung pada hasil kerja. Maka berbagi bukan lagi opsi, tapi keharusan.
3. Transparansi
Transparansi bukan cuma soal info dibuka, tapi disampaikan tepat waktu, dengan konteks dan manfaat yang jelas. Menurut Acciona, komunikasi antar area memungkinkan keputusan memiliki perspektif, informasi mengalir tanpa hambatan, dan tujuan bersama terjaga.
Studi dari Gallup menunjukkan bahwa organisasi dengan komunikasi transparan memiliki keterlibatan karyawan 40% lebih tinggi. Sedangkan menurut SHRM, 86% kegagalan organisasi disebabkan oleh komunikasi dan kolaborasi yang buruk.
Business Owner, HC Practitioner, dan Professional Leader,
Membangun komunikasi lintas departemen bukan soal menambah meeting atau tools baru. Ini soal mendesain kultur—menciptakan ruang dimana tim benar-benar mendengarkan, memahami, dan bertindak sebagai jaringan yang hidup.
Seperti judul di Acciona mengatakan: “A culture that converses is a culture that moves forward”—budaya yang berbicara adalah budaya yang bergerak maju. Sementara itu, temuan Vorecol menegaskan, komunikasi yang baik bukan sekadar opsional—ia adalah fondasi efektivitas dan keuntungan nyata
So, What's Next?
Business Owner, HC Practitioner, dan Professional Leader,
Komunikasi antar departemen bukan tentang menambah meeting atau membanjiri inbox email yang masuk. Ini tentang merancang percakapan yang bermakna. Tentang membangun ruang di mana antar tim bisa saling menguatkan, bukan saling bersaing.
Seperti yang dikatakan dalam artikel Acciona, budaya yang berbincang adalah budaya yang bergerak maju. Dan percakapan yang tepat bukan hanya menyelesaikan tugas, tapi menggerakkan organisasi menuju masa depan.
Jadi, pertanyaannya sekarang:
Apakah tim-tim di organisasi Anda sudah benar-benar saling bicara?
Nah, Bapak/Ibu bisa belajar lebih lanjut terkait Komunikasi Antar Departemen di sesi Leader's Talk bareng Sinergia. Kita discuss lagi disana yaa, sampai jumpa!
Mempelajari tentang organisasi sama halnya dengan memahami ekosistem yang dinamis, setiap elemen di dalamnya saling berinteraksi dan berkontribusi terhadap keseimbangan serta pertumbuhan keseluruhan.
Business Owner, Human Capital, Human Capital Practitioner, Professional
You may also like
“Buat apa repot-repot bikin KPI, Bu… tanpa KPI pun perusahaan tetap jalan.” Halo Business Owner, Leader, dan HR Practitioner. Pernah nggak sih Anda mendengar kalimat seperti itu saat mencoba mensosialisasikan KPI ke tim? Pernyataan itu mungkin terdengar sederhana, tapi sebenarnya mencerminkan resistensi yang cukup dalam. Saat manajemen berusaha melakukan transformasi, respon yang muncul di lapangan
Read More
Assessment-nya bagus, tapi begitu masuk kerja… kok begini sihhhh?? Hai, Business Owner, HC Practitioner, dan Professional Leader! Pernah nggak sih, Anda merasa sudah menyeleksi kandidat sebaik mungkin? Hasil assessment nya oke, IQ-nya tinggi, kompetensinya kuat, pokoknya semua oke dehh.. Tapi begitu masuk ke dunia kerja, ternyata hasilnya nggak seperti ekspektasi? Atau sebaliknya, ada karyawan yang
Read More