“Udah biasa kok, dari tatapan mata aja udah keliatan,”
Pernah nggak, Anda merasa sudah melakukan segalanya dalam proses rekrutmen CV dicek, wawancara berlapis, bahkan sampai tes teknis tapi begitu orangnya masuk, kok rasanya nggak “nyatu” sama tim? Bukan berarti dia nggak kompeten, tapi kayak ada sesuatu yang nggak klik aja. Hal ini juga dialami salah satu klien kami, sebut saja Nilam, seorang HR Manager di perusahaan distribusi besar. Nilam ini tipikal HR yang teliti banget. Setiap rekrutmen, ia pastikan prosesnya rapi, kandidatnya punya track record bagus, dan hasil wawancaranya oke. Tapi entah kenapa, tetap aja ada beberapa orang yang “kurang pas” begitu bergabung.
Katanya, “Kadang di atas kertas orang ini keren banget, tapi pas udah kerja, kok malah bingung sendiri. Nggak tahu arah, gampang frustasi, atau malah bentrok sama ritme tim.” Nilam sempat mikir, mungkin masalahnya di komunikasi, atau mungkin timnya belum adaptif. Tapi setelah beberapa kali kejadian serupa, ia sadar satu hal: feeling dan pengalaman aja nggak cukup.
Banyak HR dan leader yang selama ini mengandalkan insting dalam menilai orang. “Udah biasa kok, dari tatapan mata aja udah keliatan,” begitu kira-kira kalimat andalannya. Tapi di realitanya, dunia kerja sekarang jauh lebih kompleks. Orang bisa kelihatan percaya diri saat wawancara, tapi ternyata mudah goyah saat tekanan datang. Ada juga yang kelihatannya pendiam, tapi justru punya kemampuan analisis luar biasa.
Dan di situlah assessment berperan bukan untuk menggantikan insting, tapi untuk menyempurnakannya. Karena di dunia yang serba cepat seperti sekarang, keputusan tentang orang nggak bisa lagi cuma berdasarkan “kayaknya cocok, deh”. Kita butuh data yang bisa membantu melihat sisi-sisi yang selama ini nggak kelihatan.
Masalahnya Bukan di Orangnya, Tapi di Caranya Kita Melihat
Sering kali, masalah rekrutmen bukan karena kita salah pilih orang, tapi karena kita belum benar-benar mengenal mereka.
Kita menilai dari CV dan wawancara, tapi belum tahu:
-
Apa yang sebenarnya memotivasi orang ini?
-
Bagaimana cara dia berpikir dan mengambil keputusan?
-
Lingkungan kerja seperti apa yang bisa bikin dia berkembang?
Jawaban-jawaban itu nggak akan muncul kalau kita cuma berfokus pada apa yang terlihat di permukaan. Dan di sinilah Premium Assessment Bundle dari Sinergia mulai menarik perhatian banyak perusahaan termasuk Nilam dan timnya.
Apa Sebenarnya Premium Assessment Bundle Itu?
Sederhananya, Premium Assessment Bundle adalah tool kit lengkap untuk mengenali seseorang secara menyeluruh dari gaya berpikir, motivasi, hingga potensi kariernya. Kalau biasanya perusahaan hanya pakai satu atau dua alat tes, paket ini dirancang untuk memberikan gambaran 360 derajat tentang talent.
- Video Panduan
- Tools Psikotest
- Interview
- Case Study
- In-Tray Excercise
- Roleplay
- Asesmen 360
- Panduan & Checklist
Semua alat ini nggak berdiri sendiri. Hasilnya saling melengkapi, sehingga Anda bisa melihat seseorang bukan hanya dari “bisa atau nggak”, tapi juga “akan bertumbuh atau tidak” di dalam lingkungan Anda.
Waktu pertama kali pakai Premium Assessment Bundle, Nilam mengaku sempat skeptis. “Jujur aja, awalnya kupikir hasilnya bakal kayak tes kepribadian biasa seru dibaca, tapi nggak tahu manfaat nyatanya,” katanya sambil tertawa. Tapi ternyata, hasil assessment pertama justru membuka banyak insight baru buat timnya.
Misalnya, mereka menemukan bahwa salah satu kandidat yang awalnya dianggap kurang agresif justru punya pola berpikir strategis dan kemampuan analisis yang kuat. Orang ini akhirnya ditempatkan di posisi yang lebih banyak berhubungan dengan data dan perencanaan, dan ternyata performanya luar biasa.
Di sisi lain, ada juga kandidat yang super cepat adaptasi di awal, tapi hasil assessment menunjukkan motivasinya lebih cocok untuk lingkungan yang stabil, bukan dinamis. Dari situ, Nilam tahu: kalaupun direkrut, orang ini perlu dukungan ekstra agar bisa bertahan. “Bedanya sekarang, kami nggak cuma ‘menilai’ orang, tapi mengenali mereka,” kata Nilam. Dan itu mengubah cara mereka melihat proses rekrutmen secara keseluruhan.
Kenapa Disebut “Premium”?
Banyak orang mengira kata Premium berarti mahal. Padahal, makna sebenarnya bukan di harganya tapi di kedalaman dan ketepatan insight-nya. Setiap hasil assessment diolah bukan cuma jadi angka atau grafik, tapi jadi rekomendasi nyata yang relevan dengan kebutuhan organisasi.
Misalnya, kalau hasilnya menunjukkan seseorang unggul di analisis tapi kurang di komunikasi, rekomendasinya bisa diarahkan ke bentuk pengembangan tertentu bukan sekadar “kurang cocok”.
Premium Assessment Bundle juga membantu tim HR melihat pola di level organisasi: Apakah kita cenderung merekrut orang dengan tipe yang sama? Apakah ada gap antara potensi individu dan tuntutan peran? Dari situ, strategi pengembangan bisa jauh lebih terarah.
Buat Nilam dan timnya, assessment kini bukan lagi alat untuk menyaring siapa yang terbaik, tapi menemukan siapa yang paling tepat. Mereka bahkan mulai menggunakan hasilnya untuk sesi coaching, performance appraisal, dan program pengembangan karyawan. Karena ternyata, memahami potensi seseorang membantu leader memberikan tantangan dan dukungan yang lebih pas.
“Sekarang kalau onboarding, kami buka hasil assessment-nya dulu,” kata Nilam. “Kita lihat, orang ini lebih suka arahan jelas atau lebih suka eksplorasi? Apa yang bikin dia semangat? Dari situ, komunikasi awal pun jadi lebih nyambung.”
Dan hasilnya? Retensi meningkat, performa tim stabil, dan yang paling penting suasana kerja jadi lebih sehat karena setiap orang merasa dimengerti.
Di akhir sesi ngobrol kami, Nilam bilang satu kalimat yang cukup membekas:
“Dulu aku pikir tugas HR itu mencari orang yang paling bagus. Sekarang aku sadar, tugas kita adalah menemukan orang yang bisa tumbuh bareng perusahaan.”
Dan memang, pada akhirnya assessment bukan tentang mencari orang yang sempurna, tapi tentang memahami potensi dan arah tumbuh setiap individu.
Karena begitu Anda tahu di mana posisi seseorang, Anda juga tahu bagaimana cara membantunya berkembang.
Premium Assessment Bundle bisa membantu organisasi mengambil keputusan dengan kepala dingin dan hati yang hangat. Kepala dingin karena ada data dan analisis. Hati hangat karena tujuannya bukan sekadar menilai, tapi membantu orang berkembang dengan cara yang paling sesuai untuk mereka.
Dunia kerja hari ini menuntut kecepatan, tapi keputusan terbaik justru datang dari kedalaman dari upaya mengenali orang di balik angka dan jabatan. Dan itulah esensi dari Premium Assessment Bundle: bukan hanya alat seleksi, tapi jembatan untuk memahami manusia secara utuh. Mungkin benar, tidak ada orang yang sempurna. Tapi dengan pemahaman yang tepat, setiap orang bisa menemukan tempat terbaiknya dan di situlah organisasi tumbuh bersama.