October 3, 2019

Hindari 7 Kesalahan & Mitos Dalam Coaching Dengan Tim Anda!

0  comments

Proses coaching saat ini memang menjadi trend yang cukup diminati banyak perusahaan – baik business owner maupun para professionals untuk lebih memberdayakan dan mengembangkan karyawannya di dalam perusahaan. Kesadaran ini mulai muncul karena ada banyak perusahaan mulai mempertanyakan mengenai efektivitas metode training yang diberikan ke karyawan. Seringkali perusahaan mengadakan atau menginvestasikan dana untuk training, namun ternyata tidak ada perubahan yang signifikan terhadap perilaku karyawan tersebut.

Jadi, apakah memberikan training ke karyawan adalah satu-satunya metode untuk mengembangkan dan meningkatkan produktivitas mereka di tempat kerja?

Nyatanya, training hanya meningkatkan 22% produktivitas SDM sedangkan program coaching, dapat meningkatkan 88% produktivitas SDM!

Namun sayangnya di lapangan atau perusahaan, tidak semua professionals memahami dan memiliki kemampuan coaching dengan baik. Maka, saat program coaching diterapkan, seolah-olah tidak berjalan dengan baik atau tidak sesuai dengan ekspektasi perusahaan. Hal ini hanya karena, setiap orang yang bertanggung jawab sebagai coach, ternyata tidak melakukan perannya dengan baik.

Siapa Coach?
Coach adalah orang yang melakukan proses coaching. Artinya, Coach adalah yang membantu mengarahkan proses coaching. Ia yang bertanggung jawab terhadap proses perubahan dan melakukan berbagai metode coaching, agar proses coaching berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Secara umum, seorang Coach adalah mereka yang telah belajar melakukan proses coaching dengan berbagai metode coaching yang dapat dipilih.  Atau adalah mereka yang melakukan program pelatihan untuk dapat melakukan proses coaching ini.

Di perusahaan, Coach adalah atasan langsung (dalam hal ini Supervisor atau Manager) dalam proses coaching atau mereka yang ditunjuk di departemen Human Capital atau Learning Development.

Siapa Coachee?
Coachee adalah klien dari coach nya. Dimana Coachee adalah seseorang yang sedang menghadapi sebuah isu atau permasalahan, namun sulit mendapatkan solusinya. Coachee dalam perusahaan, adalah seluruh karyawan yang ada di perusahaan, namun kembali pada struktur organisasi, Coachee adalah seorang operator, staff, supervisor dan bahkan manajer.

Maka seorang operator dan staff melakukan proses coaching dengan seorang supervisor. Seorang supervisor melakukan proses coaching dengan seorang manager. Dan seorang manager dapat melakukan proses coaching dengan jajaran direksi.

Setelah memahami siapa coach dan coachee dalam perusahaan, nah sekarang Anda perlu tahu kesalahan apa saja yang sering terjadi dalam coaching. Dengan melakukan kesalahan tersebut proses coaching Anda malah tidak akan efektif!

Dari pengalaman kami melakukan proses coaching, mendampingi perusahaan untuk melahirkan coach internal perusahaan, kami menemukan sudut pandang yang salah dan berbeda mengenai coaching ini. Kami merangkum, ada 7 hal yang sangat sering terjadi dan Anda perlu mengetahuinya.

#1 Coaching Membantu Seseorang Mengelola Kelemahannya

Proses Coaching sebenarnya proses yang memberdayakan. Dimana, pada proses coaching yang paling penting Coachee mendapatkan insight, solusi atas permasalahan atau isunya dari sumber daya mereka sendiri.

Proses ini tidak membantu seseorang mengelola kelemahannya. Proses ini justru membantu seseorang mengelola dirinya untuk menunjukkan atau mengeluarkan potensi terbaiknya. Dalam coaching, sumber daya dari Coachee adalah yang paling penting. Sudut pandangnya adalah bahwa Coachee sebenarnya memiliki solusi atas masalahnya.

Maka, yang perlu dilakukan Coach adalah membantu Coachee untuk dapat mengeluarkan potensi tersebut dengan metode coaching yang tepat atau membantunya menggali dengan pertanyaan yang telah Anda rancang. Untuk mempelajarinya, Anda bisa menggunakan Buku 101 Coaching Questions sebagai panduan Anda.

#2 Kelemahan Mendasar Karyawan akan HILANG setelah Proses Coaching

Bukan proses coaching yang membuat kelemahan mereka menjadi hilang. Proses coaching hanya membantu mereka untuk menemukan solusi atas masalah yang mereka hadapi. Maka, kelemahan mereka sebenarnya akan tetap ada, setelah proses coaching itu selesai.

Namun proses coaching yang baik harus mampu membuat coacheenya bergerak dan bertindak sesuai dengan solusi yang didapatkan dalam proses coaching. Aksi atau langkah nyata ini lah yang membuat mereka bertumbuh dan berkembang, bukan menghilangkan kelemahan mereka.

Satu hal yang perlu diperhatikan Coach saat proses coaching ini selesai adalah, Coachee memiliki tindakan nyata yang dapat dilakukannya dalam waktu dekat untuk mendukung proses perubahannya.

#3 Coaching dapat Menyelesaikan Masalah Karyawan yang Keras Kepala dan Malas

Hal yang perlu dipahami adalah proses coaching bukan hanya untuk karyawan yang bermasalah. Apalagi yang permasalahan mereka seputar keras kepala dan malas saja. Namun, proses coaching ini adalah bagi semua lapisan karyawan yang mau terus bertumbuh dan berkembang.

Maka, proses coaching yang sebenarnya tidak menyelesaikan masalah. Namun mengajak seseorang bagaimana memandang sebuah masalah yang ada dari sudut pandang yang berbeda, mengajak seseorang untuk melihat potensi serta pembelajaran positif dari masalah yang ada. Lebih dari itu, sebenarnya proses coaching yang baik harus dapat membuat seseorang bergerak.

Dengan melakukan pergerakan inilah, maka akan ada sebuah peningkatan aktivitas yang diharapkan dan mampu menyelesaikan isu atau masalah yang terjadi.

#4 Coach yang DOMINAN, Merusak Hubungan dengan Coachee

Telah di bahas di atas mengenai siapa Coach dan siapa Coachee. Maka di sebuah perusahaan, seorang atasan akan sangat berpeluang menjadi Coach bagi bawahannya. Namun, justru kadang hal tersebut malah membuat proses coaching tidak mencapai tujuan yang diharapkan.

Masalah yang biasa dihadapi apabila proses coaching ini dilakukan bersama atasan langsung, yang pertama adalah adanya “penolakan” dari Coachee. Atau dalam hal lain, Coachee menjadi kurang benar-benar terbuka dalam proses coaching. Padahal, keterbukaan Coachee menjadi satu hal yang paling mendasar dalam proses coaching. Masalah yang mungkin muncul lainnya adalah Coach akan lebih dominan dari Coachee. Biasanya, pengalaman dan pengetahuan Coach dari pekerjaan tersebut, membuat Coach akan cenderung melakukan proses mentoring dibandingkan dengan proses coaching.

Maka, kedua proses ini yang perlu dibedakan oleh seorang leader yang dominan. Sebab proses mentoring dan coaching memiliki sudut pandang yang berbeda. Proses mentoring tentunya akan lebih mengarahkan, memeberikan petunjuk, membuatkan proses simulasi, sehingga seorang mampu memahami sudut pandang masalah dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh mentor. Sedangkan proses coaching adalah pemberdayaan. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa proses ini justru membantu Coachee melihat masalah dari sudut pandang yang lain dari berbagai sudut yang tidak pernah dilihat olehnya. Coach dilarang untuk memberikan inputan secara satu arah, sehingga Coachee hanya melihat sudut pandang Coach.

#5 Keberhasilan Coaching dapat Merubah Seluruh Aspek Kehidupan Karyawan

Seperti yang telah banyak disebutkan pada poin sebelumnya, bahwa proses coaching yang utama adalah memunculkan sebuah masalah atau isu untuk dibahas. Dan Coach dengan segala metodenya, membantu Coachee mendapatkan solusi atas masalah tersebut.

Maka, proses coaching yang baik adalah FOKUS pada satu isu atau permasalahan saja. Artinya dengan hanya satu fokus tersebut, Coachee akan benar-benar dapat melakukan sebuah langkah yang konkret atau nyata untuk bergerak keluar dari masalahnya.

Dengan satu fokus, tentu saja akan sangat sulit merubah seluruh aspek kehidupan Coachee atau karyawan Anda. Melakukan proses coaching dalam waktu yang rutin dan berkala justru secara perlahan akan membantu proses pengembangan diri mereka, bukan merubah seluruh aspek kehidupan mereka. Dan sebenarnya tolak ukur keberhasilan coaching adalah membuat seseorang bertindak atau bergerak, bukan merubah seluruh aspek kehidupan.

#6 Karyawan TERBAIK Selalu Berhasil Saat Coaching

Saat melakukan proses coaching, terkadang Coach banyak sekali terpengaruh persepsi pribadi mengenai karyawan. Kalau karyawannya sering bermasalah, maka Coach cenderung malas, dan justru melakukannya dengan tidak netral. Namun, saat karyawan tersebut berprestasi, coach akan bersemangat dan mempersepsikan bahwa ia akan berhasil melakukan proses coaching. Padahal, belum tentu seperti itu.

Hal yang paling penting dalam melakukan proses coaching adalah melakukan langkah-langkahnya dengan tepat (hal ini bisa Anda pelajari di buku 101 Coaching Questions). Siapapun Coachee Anda, karyawan berprestasi atau yang bermasalah, apabila proses coaching tidak dilakukan dengan tepat, maka keberhasilan coaching juga dipertanyakan.

Jadi, yang bukan subyek Coachee yang sebenarnya menentukan keberhasilan sebuah proses coaching. Namun, bagaimana seorang Coach dapat melakukan langkah demi langkah serta menerapkan prinsip coaching dengan benar, itulah yang membantu proses keberhasilan sebuah coaching.

#7 Perubahan Hidup Personal Karyawan Tidak Mempengaruhi Kinerjanya

Saat proses coaching di perusahaan, banyak perusahaan yang mengotakkan topik, materi, masalah atau isu dalam coaching yang pastinya adalah soal perusahaan dan pekerjaan mereka. Banyak profesional berpendapat bahwa, sebaiknya memisahkan hubungan personal dan profesional kerja. Tentu hal ini benar, namun kenyataan yang kami temui di lapangan adalah 99% permasalahan di tempat kerja terjadi berawal dari kehidupan personal masing-masing.

Dalam proses coaching diharapkan memberikan solusi terhadap sebuah permasalahan sampai ke inti atau akarnya. Coaching akan sangat sulit jika hanya menyelesaikan permasalahan yang hanya nampak di permukaan saja. Maka, masalah akar inilah yang biasanya dalam kehidupan personal seseorang disebut sebagai prinsip, nilai, kebiasaan, pola, dll.

Setiap pengambilan keputusan seseorang juga akan sangat bergantung pada nilai personal yang dipegangnya. Maka, dalam proses coaching sangat penting untuk dapat memberikan “sentuhan” pengalaman personal dalam proses profesional kerja, sehingga apabila dalam proses coaching terjadi pergerakan, perubahan dan membuat hidup karyawan menjadi lebih baik, proses ini akan saling berkaitan baik dengan pandangan personalnya dan pekerjaannya. Proses ini kami sebut juga sebagai sebuah alignment value antara personal dan perusahaan.

Itulah, ketujuh kesalahan yang sering kami temui di lapangan mengenai proses coaching yang terjadi. Tidak hanya di perusahaan, bahkan kadang seorang professional pun bisa melakukannya. Anda juga telah mengetahui perbedaan mendasar antara proses coaching dan mentoring ini melalui poin yang ke-4.

Anda bisa belajar melakukan coaching dengan langkah yang tepat dengan mudah, dengan masuk ke dalam FB Group kami: Komunitas Human Capital Professionals.

Jangan sampai melakukan 7 kesalahan yang di atas ya Professionals!!

Let’s Connect!


Tags

Human Capital Practitioner, Professional


You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}
>