November 24, 2022

Belajar Dari Transformasi Twitter & Sosok Elon Musk

0  comments

Rasanya, selama bulan November ini pemeberitaan besar tentang Elon Musk yang membeli Twitter menjadi trending topic di berbagai sektor. Mulai dari pembahasan bisnis dan investasinya sampai juga pembahasan mengenai SDM-nya. Terutama pembahasan mengenai SDM ini jadi makin marak setelah dikabarkan Twitter memutuskan hubungan kerja hampir 50% karyawannya di seluruh negara dalam waktu yang cukup singkat. Apakah hal ini hanya menjadi keinginan Elon Musk atau memang ada pertimbangan lain di sisi bisnis yang belum kita lihat?

Kita tahu, bahwa Elon Musk adalah seorang pebisnis yang berhasil di beberapa sektor energi, AI (Artificial Intelligence) dan keuangan. Ia membuat inovasi dalam dunia bisnis mulai dari PayPal, SpaceX dan Tesla. Meski ada beberapa bisnis lain yang ia juga tangani dan jalani. Namun, membeli Twitter sebagai salah satu media sosial adalah sebuah perjalanan baru bagi Elon Musk. Wajar, saat banyak hal perlu disesuaikan dan dipelajari kembali. Meski pengurangan karyawan atau putus hubungan kerja yang menjadi salah satu dampak yang dibicarakan dunia. 

Hanya dalam waktu yang singkat, Twitter di bawah kepemimpinan Musk melakukan putus hubungan kerja pada hampir 50% karyawannya, yang menurut beberapa informasi, mereka juga tidak dipersiapkan terlebih dahulu terkait dengan hal ini. Beberapa pengakuan dari tim Twitter yang ada di India yang dilangsir oleh Rest of World, mengatakan bahwa saat mereka tidak lagi dapat mengakses dashboard kerja mereka dan kehilangan akses pada akun korporasi artinya mereka telah dipecat dari Twitter. Dan ternyata hal ini terjadi pada banyak karyawan Twitter di berbagai lokasi di dunia dengan berbagai macam divisi atau departemen, namun yang paling banyak tercatat ada pada tim produksi dan engineering

Ternyata pemecatan karyawan ini bukan hanya sekali terjadi pada bisnis yang dilakukan oleh Musk. Pernah juga dicatat dalam bisnis Tesla-nya, dimana 10% karyawannya dipecat dengan alasan ekonomi dan finansial. Bahkan ia menghapus kebijakan remote working dari SpaceX dan Tesla terutama mereka yang tidak bekerja 40 jam per minggu. Musk berharap timnya memiliki jam kerja yang Panjang, kalau bisa 80 jam per minggu dan hal ini yang seringkali menjadi perdebatan banyak aktivis yang menyebutnya sebagai seorang pemimpin dan manajer yang “showing a lack of human understanding”. Ia juga memimpin timnya untuk dapat terhubung dengan jargon perusahaan yang ia yakini, ambisius dan penuh resiko. 

Belajar dari Elon Musk

Apakah Anda juga seorang Pebisnis atau Pemilik Bisnis seperti Elon Musk? Tentu banyak pelajaran dari kepemimpinan Musk, yang dapat kita ambil atau bahkan kita adaptasikan. Namun mungkin ada hal yang tidak sesuai dengan value dari bisnis kita yang tidak perlu kita gunakan. Keberanian mengambil keputusan dan resiko yang dimiliki oleh Musk adalah satu karakter yang perlu dipelajari banyak Pebisnis. Namun jangan lupa juga saat Pebisnis perlu menambah kemampuan lainnya untuk dapat menguasai hal ini, apalagi saat seorang Pebisnis perlu menerapkannya pada fungsi-fungsi organisasi yang berkaitan dengan SDM atau karyawannya. 

Tentu banyak orang telah merasakan ‘sakit hati’ pada Twitter karena keputusan Putus Hubungan Kerja ini. Maka belajar dari kasus ini, proses sosialisai, persiapan untuk melakukan evaluasi pada karyawan atau tim adalah hal yang penting, supaya bisnis Anda juga dapat berjalan dengan tenang. Namun saat Anda merasa bahwa cara yang digunakan Musk juga dapat Anda gunakan di bisnis, Anda perlu juga memikirkan hal yang mungkin terjadi setelah keputusan itu dibuat. Barisan ‘sakit hati’ karena Twitter ini, banyak juga diberitakan telah memberikan kabar burung yang tidak benar dan tidak jelas asalnya (hoax). Dan tentu saja, hal ini akan menghambat berbagai proses bisnis dan regulasi di internal perusahaan. 

Di sisi lain, sebuah keputusan akan selalu diikuti dengan suatu proses transformasi itu sendiri. Keputusan Musk di Twitter membawa beberapa transformasi bahkan pada produk Twitter itu sendiri. Bukan hanya pada suatu perubahan dalam manajemen dan organisasi, namun dapat berdampak pada perbaikan produk serta kualitas informasi yang akan menjadi keunggulan Twitter di masa depan. Dan selalu sebuah proses transformasi akan diikuti pula dengan tantangan yang akan muncul ke depannya.

Dari situ juga akhirnya, Harvard Business Review melalui artikel yang ditulis oleh Andi Wu dan Gorlan Calic juga membagikan 5 prinsip yang dapat menjadi pegangan seorang leader dalam melakukan sebuah transformasi organisasi. Leader dalam hal ini termasuk juga di dalamnya adalah Pebisnis ataupun seorang Business Leader seperti Manajer dan Board of Director atau bahkan HC Practitioner.

5 PRINSIP TRANSFORMASI DI PERUSAHAAN

  • Prioritaskan satu obyektif 

Bukan rahasia, sebagai seorang Pebisnis ataupun Business Leader, seringkali kita menginginkan banyak transformasi di perusahaan yang kita jalani. Kita ingin sales meningkat, juga punya layanan yang inovatif, mengeluarkan produk baru, bekerjasama dengan influencer, punya pelatihan SDM yang terintegrasi, banyak sekali! Salah satu kunci agar transformasi berhasil adalah dengan benar-benar fokus pada satu obyektif yang ingin diperoleh, dan dapat diperjuangkan oleh banyak pihak atau departemen yang terlibat. 

Terlihat jelas, dengan membeli Twitter, Musk menginginkan suatu kualitas informasi yang lebih baik, ini yang sebenarnya diusahakan, maka berbagai strategi diharapkan menunjang obyektif yang satu ini.

  • Komunikasikan strateginya 

Hal ini seringkali yang menjadi tantangan, seorang Pebisnis atau Business Leader akan cukup mudah menentukan atau memutuskan obyektif yang akan menjadi pegangan dengan perencanaan yang jelas dan strategi yang terbaik. Namun sayangnya, banyak kegagalan yang terjadi dalam proses komunikasi. Dan kegagalan dalam proses komunikasi inilah yang seringkali menghasilkan barisan ‘sakit hati’ di dalam perusahaan. 

Dalam hal ini pula, HR memiliki peran yang sangat besar untuk dapat mensosialisasikan segala arah dan target dari perusahaan beserta strateginya. SDM atau tim perlu benar-benar jelas mengenai gambaran besar yang akan dilakukan dan langkah-langkah kecil yang akan diselesaikan. Inilah pentingnya juga seorang Pebisnis atau Business Leader bahkan HR menguasai kompetensi untuk melakukan sosialisasi ini. Apalagi jika kebijakannya sensitif seperti yang terjadi di Twitter, bukan? (pelajari cara sosialisasi kebijakan sensitif di area Member HCA Online Mentoring Program)

  • Pikirkan ulang aturan atau norma yang berlaku

Setelah Anda mengetahui langkah yang perlu diprioritaskan, jangan sampai terlewat untuk memikirkan juga tata aturan atau norma yang berlaku. Musk sendiri tercatat beberapa kali memperbaharui tata aturan yang terkait dengan jam kerja karyawan, saat di SpaceX dan Tesla. Maka sudah sewajarnya tata aturan dan norma yang berlaku juga dilihat dari sudut pandang, apakah hal ini akan membantu tercapainya obyektif pada poin pertama tadi. 

Sekali lagi hal yang berkaitan dengan norma dan aturan adalah hal-hal yang perlu dipahami oleh bagian legal, HR atau departemen yang terkait sesuai dengan bisnis masing-masing (missal : HSE, dalam industry yang berkaitan dengan lingkungan). Regulasi ini nampaknya hal kecil, tapi Anda perlu ingat bahwa hal ini tidak boleh Anda sepelekan! (Konsultasikan ulang regulasi SDM Anda KLIK DISINI)

  • Atur ekspektasi yang tinggi namun bisa tercapai

Mana yang seringkali Anda pilih dalam memutuskan sebuah target kerja di perusahaan? Top-Down atau diputuskan dari atasan yang paling tinggi lalu diterjemahkan ke tim? Atau Bottoum-Up, saat seorang leader memutuskan untuk menanyakan kesanggupan tim, mendapatkan ide dari tim berapa target yang harus dicapai? 

Apapun jawabannya ya, namun kombinasi 2 metode inilah yang sebenarnya dapat membantu Anda merumuskan sebuah ekspektasi perusahaan. Sebagai soerng Pebisnis atau Business Leader, Anda perlu memasang target tim yang lebih tinggi dari yang ia bayangkan atau kemampuannya. Namun, Anda juga perlu memiliki data yang jelas yang berangkat dari tim terkait dengan ekspektasi tersebut.

  • Terkoneksi dengan stakeholders

Stakeholders adalah bagian yang penting dalam bisnis. Anda juga bisa menerjemahkan stakeholders ini dalam bisnis Anda masing-masing. Bisa jadi itu adalah komisaris perusahaan atau investor Anda ataupun principal Anda, yang sangat memiliki dampak pada bisnis. Peran dan ‘suara’ mereka menjadi sangat penting dalam setiap keputusan transformasi manajemen di dalamnya. Mereka tidak boleh diabaikan dalam setiap keputusan yang telah dibuat. Bahkan, sebagai pebisnis atau Business Leader, Anda perlu terus melibatkannya untuk dapat mendukung keputusan transformatif di perusahaan. 

Akan menjadi hal yang menarik saat Anda juga sedang memikirkan sebuah transformasi seperti Twitter di bawah pimpinan Elon Musk, sehingga Anda dapat segera mencoba 5 prinsip di atas. Meski kami tahu, adanya pihak ketiga untuk menjadi jembatan yang mampu memediasi keputusan Anda pada karyawan juga merupakan hal yang sangat penting. Saat Anda pusing dan bingung bagaimana menyampaikan kebijakan Anda ke keryawan, agar mereka mau menerimanya dengan lapang dada, Anda dapat hubungi tim kami di www.sinergiaconsultant.com/kontakkami

Kami tahu tidak mudah dalam mengambil keputusan, kami juga juga tahu bahwa setiap proses transformasi dapat diterima maupun ditolak oleh orang lain bahkan tim Anda sendiri. Diskusi dengan tim kami, akan lebih membantu proses Anda.

Let’s Grow!

Marcelina Suganda


More than ten years experienced at Sinergia Consultant, starting as a Freelancer, Program Manager, General Manager, and now as COO, taught me a lot about becoming a better people management and a better person.

Today, my responsibility is in Operations for the Sinergia Group Indonesia. Especially for sales, marketing, activating brand and value, and Human Capital as a Business Partner.

I'm very passionate about managing processes and systems, business research and development, data-focused analysis, making innovative improvements for the business, and activating the business plan and strategy. With these, we can grow the company as a team and giving impact and transform our team, fellows, and clients.

Aligning with our values, I wish that our products and services bring out our clients' best potential. It gives positivity, inspires, with a lot of creativity and transforming others. I am committed to being a lifelong learner, giving my best to developing people.


Tags


You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}
>